Pencabulan 21 Siswi SD di Banyuwangi Berlangsung Satu Bulan
Penyidik Unit Reskrim Polsek Kota Banyuwangi memeriksa terduga pencabulan siswi SD/ANTARA/HO

Bagikan:

BANYUWANGI - Kepala Kepolisian Sektor (Kapolsek) Banyuwangi Kota AKP Kusmin mengatakan pedagang mainan keliling pelaku dugaan pencabulan terhadap puluhan siswi sekolah dasar itu melakukan aksinya dalam kurun waktu satu bulan.

"Dari hasil pemeriksaan penyidik, pelaku yang merupakan pedagang mainan keliling ini mengakui aksinya itu dilakukan sejak Januari 2023 saat tersangka sedang menjajakan dagangannya di sekolah-sekolah," katanya dilansir ANTARA, Rabu, 15 Februari.

Namun demikian, lanjut Kapolsek Kusmin, tersangka inisial MM (50) warga Desa Kertosari, Kecamatan Banyuwangi, itu, berdalih melakukan aksi cabulnya itu karena ungkapan kasih sayang kepada siswi sekolah dasar yang menjadi korban dugaan pencabulan.

Menurut dia, di hadapan penyidik tersangka menjalankan aksinya dengan cara memberikan iming-iming seperti pemberian mainan gratis, diberi uang dan juga dijanjikan untuk diajari mengendarai sepeda motor.

"Dari jumlah 21 orang siswi korban dugaan pencabulan oleh pedagang mainan keliling itu, dua korban masih duduk di bangku kelas V SD, dua korban kelas VI SD," katanya.

Sedangkan sembilan korban lainnya duduk di bangku kelas III SD, enam korban masih duduk dibangku kelas II SD dan IV korban lainnya masih kelas I SD.

AKP Kusmin mengatakan tersangka dijerat Pasal 82 Ayat 1 atau Ayat 4 Undang Undang Nomor 17 Tahun 2016 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang Undang Nomor 1 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua atas UU Nomor 23 Tahun 2022 tentang Perlindungan Anak.

"Pasal yang disangkakan adalah tentang perlindungan anak karena para korban masih berusia di bawah umur semua. Tersangka terancam hukuman maksimal 20 tahun penjara," ucapnya.

Kasus dugaan pencabulan terhadap 21 siswi salah satu sekolah SD di Banyuwangi yang dilakukan pedagang mainan keliling di sekolah dasar ini kemungkinan besar jumlah korban bisa bertambah, karena sampai saat ini yang melaporkan ke polisi masih hanya satu sekolah dasar saja.