Bagikan:

JAKARTA - Pengamat komunikasi politik Universitas Esa Unggul Jamiluddin Ritonga, menilai tersebarnya surat perjanjian utang mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, saat Pilkada 2017 sangatlah politis.

Menurutnya, surat perjanjian itu sengaja dibocorkan dengan tujuan untuk mempermalukan Anies. Lebih jauh lagi agar masyarakat tidak mempercayai calon presiden (capres) yang diusung Partai NasDem itu.

"Indikasi itu dapat dilihat dari waktu dibocorkannya surat perjanjian utang tersebut. Hal itu sengaja dibocorkan setelah Anies dideklarasikan capres oleh Nasdem, Demokrat dan PKS," ujar Jamiluddin kepada VOI, Sabtu, 11 Februari.

Padahal, lanjutnya, dalam perjanjian itu jelas dinyatakan utang akan dikembalikan bila Anies kalah dalam Pilkada 2017. Sementara kewajiban itu gugur dengan sendirinya bila Anies menang Pilgub DKI.

"Nyatanya Anies bersama Sandiaga Uno menang dalam Pilkada 2017. Dengan begitu, perjanjian utang tersebut otomatis tidak berlaku," kata Jamiluddin.

Mantan dekan FIKOM IISIP Jakarta itu menilai, pihak pembocor surat perjanjian sebetulnya mengetahui Anies tidak memiliki utang terkait Pilkada 2017. Namun karena birahi politiknya untuk menghancurkan reputasi Anies, maka isu itu tetap saja diluncurkan ke publik. Terlebih kontestasi Pilpres 2024 sudah di depan mata.

Menurut Jamiluddin, isu utang itu sebenarnya tidak perlu membesar bila Sandiaga Uno, cepat menjelaskan duduk persoalan sebenarnya. Namun Wakil Ketua Dewan Pembina Gerindra itu justru terkesan mengambangkan persoalan tersebut dengan menyatakan sudah mengikhlaskannya.

"Jawaban Sandiaga Uno itu mengesankan Anies memang punya utang. Hal itu membuat isu utang Anies cepat membesar dan menjadi konsumsi publik," terangnya.

"Padahal, kalau melihat surat perjanjian itu, Anies otomatis tidak mempunyai utang saat dinyatakan menang Pilkada 2017. Hal itu tentu diketahui Sandiaga Uno," imbuhnya.

Sehingga, tambah Jamiluddin, jawaban mengambang Sandiaga Uno membuat pembenci Anies menggunakan isu tersebut untuk semakin menyudutkan mantan Mendikbud itu. Dia menilai, isu ini juga dimanfaatkan kompetitor Anies untuk menjatuhkan citranya.

"Jadi, terlihat ada sinergitas kompetitor Anies untuk memanfaatkan isu utang tersebut. Anies harus dilumpuhkan dengan cara apapun, termasuk dengan kemasan isu utang," kata Jamiluddin.

Jamiluddin menyayangkan sebagian elite politik negeri ini masih menggunakan kampanye hitam untuk menghantam lawan politiknya. Dia menyebut, politik jaman kuda makan besi masih digunakan di era keterbukaan saat ini.

"Akibatnya, isu utang untuk menghancurkan reputasi Anies tampaknya tidak berhasil. Justru yang terjadi efek bumerang kepada pihak-pihak yang mengangkat isu tersebut," tuturnya.

"Kasus tersebut setidaknya menjadi pembelajaran bagi politisi dalam melemparkan isu. Tanpa kecermatan bermain isu, politisi itu akan dipermainkan isunya sendiri. Itu sangat berbahaya bagi dirinya sendirinya," pungkas Jamiluddin Ritonga.