Pj Gubernur Heru Perintahkan Jajaran Telusuri Penyebab Muncul Kembali Kasus Gagal Ginjal di Jakarta
Pj Gubernur DKI Heru Budi Hartono/FOTO via ANTARA/Biro Pers Setpres

Bagikan:

JAKARTA - Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono memerintahkan jajarannya untuk menelusuri penyebab kembali munculnya dua kasus gagal ginjal akut progresif atipikal (GGAPA) serta penanganannya.

"Tadi pagi saya sudah bicara dengan teman-teman Dinas Kesehatan untuk mengatasi dan penyebabnya apa. Kita serius untuk menangani itu," kata Heru saat ditemui di gedung DPRD DKI Jakarta, Senin, 6 Februari.

Melanjutkan, Kepala Seksi Surveilans, Epidemiologi dan Imunisasi Dinas Kesehatan DKI Ngabila Salama meminta masyarakat untuk tidak langsung memberikan obat sediaan sirop ketika anak demam.

"Usahakan tidak langsung minum obat. Kalaupun keluhan tidak membaik harus minum obat di bawah supervisi dokter ahli. Kita serahkan kepada dokter ahli untuk membuat jaustifikasi dan pengobatan yang terbaik," ucap Ngabila.

Sebagaimana diketahui, muncul dua kasus baru GGAPA di Jakarta, setelah beberapa waktu tak muncul kasusnya di Indonesia.

Salah satu kasus gagal ginjal yang kembali muncul ini diderita oleh anak berusia 1 tahun. Ia mengalami demam pada tanggal 25 Januari 2023. Sang anak diberikan obat sirup penurun demam yang dibeli di apotek oleh orang guanya dengan merk Praxion.

Pada tanggal 28 Januari, pasien mengalami batuk, demam, pilek, dan tidak bisa buang air kecil (anuria) kemudian dibawa ke Puskesmas Pasar Rebo, Jakarta, untuk mendapatkan pemeriksaan, dan pada tanggal 31 Januari mendapatkan rujukan ke Rumah Sakit Adhyaksa.

Dikarenakan ada gejala GGAPA maka direncanakan untuk dirujuk ke RSCM, tetapi keluarga menolak dan pulang paksa. Pada tanggal 1 Februari, orang tua memutuskan untuk membawa kembali pasien ke RS Polri dan mendapatkan perawatan di ruang IGD, dan pasien sudah mulai buang air kecil.

Pada tanggal 1 Februari, pasien kemudian dirujuk ke RSCM untuk mendapatkan perawatan intensif sekaligus terapi fomepizole. Namun 3 jam setelah di RSCM pada pukul 23.00 WIB, pasien dinyatakan meninggal dunia dalam keadaan konfirmasi GGAPA.

Sementara itu, satu kasus lainnya masih merupakan suspek, anak berusia 7 tahun, mengalami demam pada tanggal 26 Januari, kemudian mengkonsumsi obat penurun panas sirop yang dibeli secara mandiri.

Kronologinya, pada tanggal 30 Januari mendapatkan pengobatan penurun demam tablet dari Puskesmas. Pada tanggal 1 Februari, pasien berobat ke klinik dan diberikan obat racikan. Pada tanggal 2 Februari dirawat di RSUD Kembangan, kemudian dirujuk, dan saat ini masih menjalani perawatan di RSCM Jakarta.

Dengan dilaporkannya tambahan kasus baru, hingga 5 Februari 2023 tercatat 326 kasus GGAPA dan satu suspek yang tersebar di 27 provinsi di Indonesia. Dari sejumlah tersebut 116 kasus dinyatakan sembuh, sementara enam kasus masih menjalani perawatan di RSCM Jakarta.