JAKARTA - Kapolres Jakarta Selatan (Jaksel) Kombes Ade Ary Syam Indradi mengklaim sejak bulan Oktober 2022 nihil aksi tawuran di wilayah Manggarai.
Ary menyebutkan hal itu lantaran dibentuknya satuan tugas (satgas) antitawuran tiap RW di wilayah yang sejak lama dicap sebagai sarang tawuran tersebut. Satgas antitawuran di Manggarai dibentuk Kapolda Metro Jaya Irjen Fadil Imran pada 11 Oktober.
"Sejak dibentuknya tim satgas antitawuran, awal Oktober 2022 yang awal kami bertugas kemudian diresmikan oleh bapak Kapolda, itu sampai dengan saat ini tidak pernah lagi terjadi," kata Ary kepada wartawan, Minggu, 5 Februari.
Menurut Ary, kerja satgas antitawuran di Manggarai berjalan dengan efektif. Ia pun mengimbau jajarannya untuk meningkatkan pencegahan aksi tawuran antarwarga di lokasi lain.
"Kata kuncinya bergerak bersama, untuk menciptakan sistem. Satgas antitawuran itu sangat efektif. Terbukti di lokasi itu tidak pernah terjadi lagi. Ini kita lakukan," ucapnya.
Di satu sisi, Ary menekankan bahwa pencegahan utama kenakalan remaja seperti tawuran adalah ketahanan keluarga. Maka dari itu, Ary menyarankan agar para orang tua mengawasi kegiatan anak, khususnya pada malam hari.
"Ketika pukul 9 malam anak-anak kita masih belum pulang, sebagai orang tua tentunya kita harus ngecek. Pelajar itu tugasnya belajar. Kalau pukul 9 belum pulang, terus orang tua enggak mencari, ya mari kita sama sama tingkatkan kesadaran. Kalau ketahanan keluarga itu kuat, mudah-mudahan anak kita bisa terlindungi dari lingkungan yang tidak baik," urainya.
BACA JUGA:
Sebelumnya, Kapolda Metro Jaya Irjen Fadil Imran menceritakan stigma masyarakat terhadap wilayah Manggarai. Saat saat menemui ketua RW di sana, mereka mengaku tawuran di Manggarai sudah terjadi sejak lama dan hingga kini stigma "sarang" tawuran masih melekat meski satgas antitawuran telah dibentuk beberapa bulan lalu.
Hal ini diucapkan Heru dalam acara Guyub Ketua Rukun Warga (RW) se-Jakarta Selatan bersama Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono dan Pangdam Jaya Mayjen TNI Untung Budiharto.
"Saya kemarin ketemu beberapa RW di Manggarai. Dia sudah kesal hatinya. Kalau kata orang Betawi sudah ampek karena sering sekali dicap sebagai kampung tawuran. Kan, nyesek. Padahal itu zaman (tahun) 1970 sampai 1980-an, tapi sekarang tetap melekat," ujar dia.