Bagikan:

JAKARTA - Seorang pelajar Singapura berusia 18 tahun yang deklarasi pendukung Negara Islam telah ditahan di bawah Undang-Undang Keamanan Dalam Negeri (ISA). Pemuda ini juga sudah menyusun rencana menyerang kamp tentara dan kuburan di sebuah masjid.

Muhammad Irfan Danyal Mohamad Nor namanya. Dia meradikalisasi diri sendiri oleh propaganda online dan bermaksud melakukan perjalanan ke luar negeri untuk kekerasan bersenjata.

Singapura bilang, Irfan bertindak sendiri dan tidak ada indikasi hahsil rekrutan orang lain, kata Departemen Keamanan Dalam Negeri (ISD), dilansir dari Channel News Asia, Rabu 1 Februari.

Irfan mulai menonton video YouTube pada tahun 2020 oleh pengkhotbah ekstremis asing seperti Zakir Naik, yang dilarang memasuki Singapura sejak 2014. Dia juga berpartisipasi dalam diskusi di platform media sosial di mana dia terpapar propaganda oleh Negara Islam.

Pada 9 Agustus tahun lalu - Hari Nasional Singapura - Irfan menancapkan bendera buatan sendiri di Pulau Coney berdasarkan bendera kelompok teroris yang terkait dengan Al-Qaeda, Hayat Tahrir al-Sham.

Dia mengklaim bahwa tindakan tersebut melambangkan dimulainya kekhalifahannya sendiri, yang dia beri nama “Negara Islam Singhafura”.

Di hari yang sama, dia mengunggah gambar bendera di akun media sosialnya, mendorong orang lain untuk bergabung dengan kekhalifahannya. Pada bulan Oktober, dia yakin akan legitimasi ISIS dan memutuskan untuk pergi ke luar negeri untuk melakukan kekerasan bersenjata.

Menurut ISD, Irfan menyusun rencana menikam dan membunuh “kaum kafir” di lorong-lorong gelap. Lalu mencuri barang-barang pribadi mereka untuk pasukan terorisnya. Kafir, dalam pandangannya, termasuk non-Muslim, Muslim Syiah dan Muslim Sufi.

Irfan juga memiliki rencana aspiratif untuk melakukan serangan massal terhadap Amoy Quee Camp di Ang Mo Kio, di mana markas Korps Kadet Nasional berada.

Terinspirasi dari video bom mobil yang dilakukan kelompok ISIS, Irfan ingin merekrut seorang pelaku bom bunuh diri yang akan melancarkan serangan di gerbang kamp.

ISD mengatakan dia bermaksud memimpin pasukannya untuk menyerang penjaga yang tersisa di gerbang menggunakan senjata sederhana seperti kapak dan pisau, dan mencuri senjata api dari pos jaga.

Rencana lain yang dipertimbangkan Irfan adalah serangan bom di Keramat Habib Noh, kuburan di Masjid Haji Muhammad Salleh, yang menurutnya “tidak Islami”.

Irfan telah mengunduh manual pembuatan bom secara online, berniat membuat bahan peledak rakitan untuk meratakan kuburan.