Terinspirasi Pembunuhan Jemaah Muslim Christchurch, Bocah 16 Tahun Ini Berencana Serang 2 Masjid
Ilustrasi Masjid (Foto: Adil Wahid/Unsplash)

Bagikan:

Jakarta - Seorang anak laki-laki berusia 16 tahun ditahan oleh otoritas berwajib Singapura menyusul niatnya menyerang 2 masjid. Menurut pihak berwenang, pelaku terinspirasi pembunuhan jemaah Muslim di Christchurch, Selandia Baru pada Maret 2019 lalu. 

Dilansir dari Reuters via Antara, Kamis, 28 Januari, pelaku yang tidak disebutkan namanya ini bahkan telah membeli rompi taktis secara daring. Departemen Keamanan Dalam Negeri (ISD) Singapura mengatakan, anak laki-laki etnis India telah mengintai masjid-masjid di dekat rumahnya. 

Dia akan menyiarkan secara langsung serangannya dan menyiapkan pernyataan yang merujuk penyerang Christchurch Brenton Tarrant yang menjalani hukuman penjara seumur hidup karena membunuh 51 jemaah Muslim dan melukai puluhan lainnya pada 15 Maret 2019.

"Dia hanya bisa memprediksi dua hasil dari rencananya, bahwa dia ditangkap sebelum dia dapat melakukan serangan, atau dia melaksanakan rencananya dan kemudian dibunuh oleh Polisi," kata Departemen Keamanan Dalam Negeri (ISD) Singapura. 

Dia berencana untuk melakukan serangan pada peringatan pembunuhan Christchurch.

Bocah itu adalah orang termuda yang ditahan berdasarkan Undang-Undang Keamanan Dalam Negeri era kolonial Singapura, yang memungkinkan pihak berwenang untuk menahan siapapun yang dianggap sebagai ancaman keamanan hingga dua tahun.

Dia juga orang pertama di Singapura dengan kejahatan rendah yang ditahan karena ideologi ekstremis sayap kanan, sementara ada sejumlah kasus yang melibatkan ekstremisme Islam termasuk seorang anak berusia 17 tahun yang ditangkap karena mendukung ISIS tahun lalu.

Belum jelas berapa lama remaja berusia 16 tahun itu akan ditahan. Menteri Dalam Negeri K. Shanmugam mengatakan pada Rabu bahwa dia akan diberikan konseling psikologis dan akan dapat melanjutkan pendidikannya selama dalam penahanan tetapi tidak akan menghadapi tuntutan pidana.

“Bisa dikatakan di pengadilan, bahwa dia hanya memikirkannya. Dia sudah merencanakannya, tapi sebenarnya dia belum mengambil langkah. Jadi, di banyak negara, tanpa undang-undang serupa dengan UU Internal Security Act. Anda tidak bisa bergerak lebih awal sampai ada tindakan persiapan lebih lanjut, " kata dia.