Bagikan:

JAKARTA - Rusia telah meningkatkan upaya untuk menerobos pertahanan Ukraina dengan pertempuran sengit di front timur, menggarisbawahi kebutuhan Kyiv akan lebih banyak senjata Barat, kata pejabat Ukraina pada Hari Jumat.

Militer Ukraina mengatakan pertempuran sengit sedang berlangsung, sehari setelah misil dan pesawat tak berawak Rusia menewaskan sedikitnya 11 orang yang tampaknya merupakan tanggapan atas janji negara-negara Barat untuk memasok Ukraina dengan tank.

Setelah tekanan berminggu-minggu dari sekutu, Jerman dan Amerika Serikat telah menjanjikan lusinan tank tempur utama (MBT) seperti Leopard 2 dan M1 Abrams kepada Ukraina untuk membantu mendorong mundur pasukan Rusia, membuka jalan bagi Kanada, Polandia, Finlandia, Norwegia dan lainnya untuk membuat janji mereka sendiri.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky berterima kasih kepada sekutu atas dukungan mereka, tetapi kembali menyerukan sanksi yang lebih keras terhadap Moskow, menjelaskan negaranya membutuhkan lebih banyak senjata untuk mengusir penjajah.

"Kejahatan ini, agresi Rusia ini dapat dan harus dihentikan hanya dengan senjata yang memadai. Negara teroris tidak akan mengerti apa-apa lagi," kata Presiden Zelensky dalam pidato televisi malamnya pada Hari Kamis, melansir Reuters 27 Januari.

"Senjata di medan perang. Senjata yang melindungi langit kita. Sanksi baru terhadap Rusia, yaitu senjata politik dan ekonomi," tandasnya.

Militer Ukraina mengatakan telah menembak jatuh 47 dari 59 rudal Rusia pada Hari Kamis. Rusia juga melancarkan 37 serangan udara, 17 di antaranya menggunakan drone Shahed-136 buatan Iran. Semua drone ditembak jatuh, kata militer Ukraina.

Sebelas orang tewas dan 11 lainnya luka-luka dalam serangan pesawat tak berawak dan rudal, yang menjangkau beberapa wilayah, juga merusak puluhan bangunan, kata juru bicara Layanan Darurat Negara.

"Pertempuran sengit berlanjut di sepanjang garis depan. Pembela kami dengan kuat mempertahankan posisi mereka dan menimbulkan kerugian bagi musuh," kata Oleh Synehubov, gubernur wilayah timur laut Kharkiv.

Terpisah, Oleksandr Musiyenko, kepala Pusat Riset Militer dan Strategis Ukraina mengatakan, Rusia mengirimkan lebih banyak bala bantuan untuk memblokir kemajuan Ukraina.

"Mereka sebagian besar mengirim pasukan infanteri dan artileri ke medan perang, sebagian besar terdiri dari wajib militer. Tapi mereka tidak memiliki tingkat dukungan artileri dan tank seperti yang mereka miliki pada 24 Februari," sebut Musiyenko kepada televisi Ukraina.

"Mereka memiliki lebih sedikit sumber daya. Mereka mengandalkan keunggulan jumlah pasukan mereka," tandasnya.

Diketahui, invasi Rusia telah membunuh ribuan warga sipil, menumbangkan jutaan orang dan membuat kota-kota menjadi puing-puing.