Wisatawan Tak Wajib Isolasi, Jokowi: Yang Paling Penting Protokol Kesehatan Saat Terima Turis China
Presiden Jokowi (kiri) saat meninjau DSP Pelabuhan Likupang di Kabupaten Minahasa Utara, Sulut, Kamis 19 Januari siang. (Twitter @jokowi)

Bagikan:

JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan penerapan protokol kesehatan (prokes) di destinasi wisata Tanah Air menjadi aspek terpenting dalam menerima turis mancanegara, termasuk dari China.

"Wisatawan, sekali lagi kita terbuka bagi turis dari manapun. Tapi yang kita lihat yang banyak dari China. Yang paling penting protokol kesehatan," kata Presiden Jokowi saat mengunjungi Kawasan Wisata Bunaken, Manado, Sulawesi Utara (Sulut), Jumat 20 Januari, disitat Antara.

Prokes tetap tidak dilupakan meski pemerintah mengetahui otoritas di China pun telah memeriksa warganya yang hendak melancong ke luar negeri.

“Jadi kita tidak perlu khawatir,” kata Presiden Jokowi.

Presiden juga meyakini tingkat imunitas di Indonesia sudah cukup tinggi untuk menerima turis asing masuk, yakni mencapai 98,5.

Karena itu, kata Presiden, tidak ada pembatasan seperti kewajiban isolasi bagi turis China yang berkunjung ke Indonesia.

“Tidak ada, tidak ada,” kata Presiden Jokowi.

Menurut Presiden, pada awal Februari 2023, akan banyak turis mancanegara, terutama dari China yang mengunjungi Manado, Sulawesi Utara.

Otoritas China sejak 8 Januari 2023 membebaskan warganya ke luar negeri untuk berbagai tujuan.

Mulai tanggal tersebut, China juga membebaskan para pelaku perjalanan internasional dari kewajiban karantina setibanya di China.

Kebijakan tersebut merupakan bentuk pelonggaran setelah hampir tiga tahun China menerapkan kebijakan nol kasus COVID-19 secara ketat sehingga warga setempat tidak bisa leluasa bepergian ke luar negeri.

Namun, beberapa negara seperti Amerika Serikat, Jepang, Korea Selatan, Malaysia, dan anggota Uni Eropa menerapkan pembatasan kedatangan warga negara China lantaran China dinilai tidak transparan dalam melaporkan perkembangan terbaru COVID-19.

China menuduh negara-negara tersebut bertindak diskriminatif. China melancarkan aksi balasan terhadap Jepang dan Korsel dengan tidak memberikan visa kunjungan.