Pasar Jaya Jelaskan Kenapa Ada Tumpukan Beras Busuk 902 Ton di Gudangnya
Ilustrasi. Stok beras di gudang Bulog. (dok. Kementerian Pertanian).

Bagikan:

JAKARTA - Perumda Pasar Jaya buka suara soal temuan tumpukan beras busuk yang berada di gudangnya di kawasan Pulogadung, Jakarta Timur. Corporate Secretary Perumda Pasar Jaya Muhammad Fachri mengungkapkan, beras tersebut merupakan sisa usaha retail.

"Untuk beras di gudang Pulogadung itu sisa usaha Pasar Jaya dari usaha retail. Totalnya ada sekitar 920 ton. Jumlahnya banyak karena itu akumulasi," kata Fachri saat dihubungi, Kamis, 19 Januari.

Fachri menjelaskan, dalam menjalankan penjualan pangan, Pasar Jaya selalu menyisakan sebagian produknya sebagai cadangan atau buffer stock. Hal ini, kata Fachri, merupakan keharusan demi menjalankan good corporate governance (GCG) sebagai perusahaan milik pemerintah.

"Istilahnya, saat proses mau kirim, misalnya 10 ton, kami juga butuh persediaan sampai 15 ton. Kenapa? Karena saat pengepakan bisa saja ada yang pecah, atau apalah yang tidak disalurkan. Hal ini supaya proyek itu lancar dan customer tidak kecewa," jelas Fachri.

Fachri tak membantah pengadaan beras yang kini tersisa di gudangnya dilakukan bersamaan dengan pengadaan bantuan sosial (bansos) tahun 2020. Hanya saja, ia menegaskan tugas penyaluran bansos oleh perusahaannya telah tuntas.

"Pasar Jaya saat penugasan periode April sampai Desember 2020 itu ada 11 tahap. Di tiap tahap itu ada yang di-buffer. Jadi, untuk bicara bahwa itu beras bansos, tidak. Kalau bansos, dari Pasar Jaya udah selesai. Secara tuntas seluruhnya," ungkap dia.

Lebih lanjut, Fachri mengungkapkan beras 920 ton yang kini telah menguning dan berjamur tersebut akan dilelang kepada swasta. Namun, beras yang dilelang ini bukan diperuntukkan untuk pangan manusia.

Diketahui, temuan beras busuk ini diviralkan di Twitter oleh pegiat media sosial, Rudi Valinka dengan nama akun @kurawa. Kurawa menuding beras yang ia temukan pada gudang Pasar Jaya di kawasan Pulogadung, Jakarta Timur merupakan beras bansos.

Temuan beras ini pun dikaitkan dengan tudingan mengenai isu korupsi pengadaan bansos untuk warga terdampak pandemi COVID-19 tahun 2020, di mana saat itu Gubernur DKI Jakarta masih dijabat Anies Baswedan.

Dalam rangkaian cuitannya, Kurawa tak membeberkan secara jelas soal dugaan korupsi serta nominalnya.

Ia hanya mengungkap data yang diklaim sebagai hasil audit forensik kantor akuntan publik (KAP) Ernst & Young yang menyatakan adanya unknown shrinkage (kehilangan yang tidak diketahui) senilai Rp150 miliar.