JAKARTA - Kepala Dinas Sosial (Dinsos) DKI Jakarta Premi Lasari membantah temuan beras busuk di gudang milik Perumda Pasar Jaya merupakan produk bansos DKI tahun 2020 yang tidak tersalurkan.
Premi berujar, kontrak pengadaan bansos untuk warga terdampak pandemi COVID-19 tahun dari APBD DKI dengan Pasar Jaya telah berakhir pada akhir tahun 2020.
"Kami memang pernah berkontrak dengan Perumdah Pasar Jaya. Tapi, saya pastikan kontrak kami telah berakhir di 31 Desember 2020," kata Premi saat ditemui di kawasan Jakarta Selatan, Jumat, 13 Januari.
Adapun mekanisme pengadaan hingga penyaluran bansos Pemprov DKI kepada warga saat itu, ujar Premi, juga mendapat pengawasan dari sejumlah lembaga, mulai dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), hingga Inspektorat DKI Jakarta.
Sementara, terhadap temuan tumpukan beras yang sudah busuk di gudang milik badan usaha milik daerah (BUMD) pangan tersebut, Premi mengaku tidak mengetahui peruntukannya.
"Saya tidak tahu. Kita tunggu saja itu barang siapa," ungkapnya.
Sementara itu, Plt Kepala Badan Pembinaan BUMD DKI Jakarta Fitria Rahadiani mengungkapkan beras yang sudah menguning dan berjamur di gudang Pasar Jaya merupakan sisa stok dari usaha retail perusahaan.
"Untuk sisa stok beras di Pulogadung, berdasarkan hasil koordinasi dengan Perumda Pasar Jaya, sisa stok tersebut merupakan sisa stok dari usaha retail perusahaan," ucap Fitria.
Fitria pun mengklaim sisa stok beras di gudang milik Pasar Jaya tidak akan dibuang, melainkan akan dijual kembali dengan sistem lelang. Namun, Fitria tak menjelaskan apa peruntukan beras busuk yang dilelang tersebut.
"Terhadap sisa stok tersebut, Perumda Pasar Jaya akan melaksanakan lelang, bekerja sama dengan kantor lelang di akhir Januari ini," ujarnya.
Diketahui, temuan beras busuk ini diviralkan di Twitter oleh pegiat media sosial, Rudi Valinka dengan nama akun @kurawa. Kurawa menuding bahwa beras yang ia temukan pada gudang Pasar Jaya di kawasan Pulogadung, Jakarta Timur merupakan beras bansos.
https://twitter.com/kurawa/status/1612299992215224320?t=bVuO8r4VnJfm4h2H8Welbw&s=08
Temuan beras ini pun dikaitkan dengan tudingan mengenai isu korupsi pengadaan bantuan sosial (bansos) untuk warga terdampak pandemi COVID-19 tahun 2020, di mana saat itu Gubernur DKI Jakarta masih dijabat Anies Baswedan.
Dalam rangkaian cuitannya, Kurawa tak membeberkan secara jelas soal dugaan korupsi serta nominalnya.
Ia hanya mengungkap data yang diklaim sebagai hasil audit forensik kantor akuntan publik (KAP) Ernst & Young yang menyatakan adanya unknown shrinkage (kehilangan yang tidak diketahui) senilai Rp150 miliar.