Erick Thohir Hingga La Nyalla Daftar Calon Ketum PSSI, Komisi X DPR: Jangan Cuma Kejar Jabatan dan Popularitas
FOTO VIA ANTARA

Bagikan:

JAKARTA - Komisi X DPR meminta para pejabat negara tidak ikut cawe-cawe dalam kepengurusan Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia atau PSSI.

Komisi bidang keolahragaan itu menyarankan agar pemerintah mendukung mantan-mantan 'jagoan rumput hijau' untuk mengurusi sepakbola nasional. 

Hal tersebut dikatakan anggota Komisi X DPR Robert J. Kardinal terkait adanya sejumlah pejabat negara yang resmi mendaftar sebagai calon Ketua Umum PSSI. Diantaranya, yakni Menteri BUMN Erick Thohir dan Ketua DPD La Nyalla Mattalitti.

Robert menilai, jebloknya prestasi sepak bola Indonesia saat ini lantaran diurus oleh orang-orang yang sama sekali tidak kompeten. Sebab menurutnya, orang-orang tersebut mengurus PSSI hanya ingin mengejar jabatan dan popularitas. 

"Sepakbola kita ini sudah berpuluh-puluh tahun, persoalannya ya itu-itu saja dan tidak pernah ada perbaikan. Itu karena sepak bola kita (PSSI, red) dikelola sama orang-orang yang sama sekali bukan di bidangnya. Masuk PSSI cuma kejar jabatan, kejar popularitas," ujar Robert kepada wartawan, Senin, 16 Juni. 

Politikus Golkar itu melihat, selama ini jabatan ketua umum hingga jajaran pengurus PSSI diduduki oleh orang-orang yang karirnya justru tidak pernah berurusan dengan sepak bola. Bahkan kata Robert, mengelola klub pun tidak pernah.

Akhirnya, kata Robert, mengelola sepak bola banyak menggunakan uang negara karena pengusaha tidak mau ikut mensponsori. "(Kelola sepakbola) Pakai duit negara pun enggak berhasil, sponsor kabur, pengusaha juga ogah jadi sponsor karena sepak bola kita dikelola serampangan," tegas Robert. 

"Jangankan berprestasi di Asia Tenggara, lawan Vietnam yang sepak bolanya baru bangkit kita pun tidak pernah menang," sesalnya. 

Legislator dapil Papua Barat itu pun meminta PSSI belajar dari negara-negara lain yang sukses dalam mengelola sistem olahraga, khususnya sepakbola. Menurutnya, negara itu bisa maju karena sepakbolanya dikelola secara profesional oleh orang-orang yang jiwa dan raganya memang sudah di cabang olahraga tersebut.

"Jadi bukan karena punya jabatan, punya uang, lalu mendadak daftar dan jadi Ketua Umum PSSI. Akhirnya sepak bola kita prestasinya jadi hancur," tegas Robert.

Robert mengatakan, banyak cara untuk ikut berkontribusi dalam mendukung kemajuan sepak bola Indonesia tanpa harus duduk di PSSI. Misalnya, menjadi sponsor, dan memberikan pendanaan atau bentuk lainnya. "Tidak perlu jadi ketua umum, namanya gotong royong," katanya.

Karena itu, Robert menilai pemerintah harus mendukung mantan-mantan atlet sepakbola top yang dimiliki Indonesia untuk mengelola PSSI. Sebab kata dia, prestasi sepak bola akan sulit diraih jika masih terus diseret ke urusan politik.

"Sebaiknya (Ketua Umum PSSI, red) ini diberikan lah kepada para mantan-mantan pemain bola, pelatih, atau memang yang kompeten urus PSSI. Jiwa dan raganya benar-benar di sepak bola, tidak berpikiran politik, cari duit, cari popularitas," ungkapnya.

"Di Jerman itu (PSSI-nya) Franc Beckenbauer, di Belanda ada Ruud Gullit, jadi di mana-mana itu pemain bolanya jadi ketua umum. Disini karena para (mantan) pemainnya tidak punya duit, tidak punya dukungan politik, pangkat dan jabatan, jadilah mereka semua diam. Karena sistem juga," sambung Robert.

Robert pun menyebut beberapa nama mantan pemain sepakbola nasional yang bisa dijadikan sebagai pengurus PSSI. Seperti Boas Salozza, Bambang Pamungkas, Kurniawan Dwi Julianto, Robi Darwis, Aji Santoso dan lainnya.

"Ayo kembali kan sepakbola kita kepada yang benar-benar mencintai dan mengerti sepakbola. Intinya PSSI jangan dibikin jadi ajang cari pekerjaan, jangan juga diserahkan pada orang yang punya pekerjaan lain sehingga mengelola sepak bola cuma dua jam, sisanya diserahkan ke pihak lain," pungkasnya