Bagikan:

JAKARTA -  Wakil Ketua Umum DPP Partai Golongan Karya, Nurul Arifin, meminta masyarakat untuk menjadi pemilih yang cerdas dalam Pemilihan Presiden 2024 dengan menjadikan rekam jejak calon presiden sebagai suatu penilaian.

"Saya ingin mengatakan kalau kita ingin kritis menjadi pemilih yang cerdas seharusnya rekam jejak itu harus menjadi suatu penilaian," kata Nurul, dalam diskusi bertajuk "Capres 2024 dan Cita-citanya untuk Indonesia" di Jakarta, Sabtu, 14 Januari.

Ia juga mengimbau masyarakat untuk tidak selalu terpesona kepada sesuatu yang sedang popular di masyarakat berkaitan dengan munculnya sosok calon presiden. 

Anggota Fraksi Partai Golkar DPR RI ini juga mengaku bingung jika ada orang yang terpukau dengan popularitas sosok calon presiden sementara kapabilitas dan kompetensinya tidak dilihat.

"Karena popularitas itu juga kita tidak tahu alami ataukah itu 'mesin'. Itu kita pertanyakan. Kita tidak tahu media bermain, orang bermain semuanya, sehingga membentuk kapitalisasi dan euforia yang sama," ucap anggota DPR RI dari Dapil Jabar 1 ini.

Oleh karena itu, Nurul menyatakan jika Partai Golkar tidak terpengaruh dengan hasil survei menyangkut popularitas dan elektabilitas seorang calon presiden. 

"Kalau dari kami Partai Golkar tidak terpengaruh dengan hasil survei yang menyangkut popularitas dan elektabilitas karena kita ingin sama-sama belajar dan mengkritisi apakah ini cocok ataukah tidak," tuturnya.

Sementara soal sosok calon presiden dari Partai Golkar, ia mengaku sampai saat ini partai politik itu masih konsisten mengusung Airlangga Hartarto sebagai calon presiden. 

"Calon presiden dari Golkar cuma satu, yaitu Airlangga Hartarto. Jadi, sesuai dengan keputusan munas kita konsisten mengusung Airlangga Hartarto," ujar dia.