MALUKU - Ratusan warga Kabupaten Kepulauan Tanimbar (KKT) yang terdampak gempa magnitudo 7,9 sudah kembali ke rumah masing-masing.
Warga sebelumnya mengungsi di sepanjang Jalan Prof. Dr. Boediono (Jalan Trans Yamdena) Kepulauan Tanimbar.
“Warga tidak ada lagi yang mengungsi, semua sudah kembali ke rumah masing-masing. Hanya saja masih trauma dan waspada,” kata salah seorang warga Tanimbar, Simon, melalui pesan WhatsApp diterima di Ambon, dikutip dari Antara, Selasa, 11 Januari.
Saat kembali ke rumah, ia mengaku kaget dengan kondisi rumah, di mana dinding dan bagian lainnya retak hingga rusak, bahkan ada rumah warga yang dindingnya jebol.
Dia mengatakan saat ini keadaan sudah berangsur membaik. Kendati demikian, masyarakat masih belum beraktivitas dengan normal. “Pascagempa, masyarakat panik dan masih trauma. Terlihat di jalan-jalan masih sepi. Aktivitas PBM (Proses Belajar Mengajar) di sekolah-sekolah sepi, perkantoran pun sama,” ujarnya.
Ia menceritakan guncangan gempa pertama dengan magnitudo 7,9 tersebut terasa hampir dua menit, sedangkan saat gempa susulan sudah tidak terasa karena warga sibuk berlari menuju tempat tinggi.
“Kondisi tadi malam, masyarakat lari mencari ketinggian dan ada pula yang tidak percaya jadi hanya tinggal di rumah,” katanya.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kepulauan Tanimbar Bruno Laiyan menyatakan data sementara tercatat 96 bangunan rusak.
"Terdapat 79 bangunan yang alami rusak ringan, lima rusak sedang, delapan bangunan rusak berat," katanya.
Ia memerinci di Kecamatan Wuarlabobar, khususnya Desa Kalarat tercatat satu rumah rusak ringan, sedangkan di Desa Rummus tujuh rumah rusak ringan, tiga rusak berat, dan satu luka-luka.
Di Kecamatan Karmomolin tujuh rumah di Desa Alumsi Tanimrian rusak ringan dan di Desa Alusi Batjas 42 rumah rusak ringan, di Kecamatan Selaruh tepatnya di Desa Adaut satu rumah rusak ringan dan dua rumah rusak sedang, serta pagar beton 80 meter SMA Negeri 5 Adaut roboh.
Di Kecamatan Tanimbar Selatan, kawasan terdampak bencana di Kelurahan Saumlaki dengan satu rumah rusak berat dan dua lainnya rusak sedang, Desa Lauran satu rumah rusak berat, empat rusak ringan. Satu rumah terbakar dan satu warga meninggal karena tenggelam.
Di Kawasan Gunung Nona Saumlaki satu rumah rusak ringan dan Desa Sifnana pagar beton roboh yang merupakan fasilitas umum.
Di Desa Ilngey, dua rumah rusak ringan, empat rusak sedang, dan dua rusak berat di Desa Wowonda tujuh rumah rusak ringan, kantor bupati rusak ringan pada lantai 3, tribun Lapangan Mandriak rusak ringan, trotoar jalan Saumlaki rusak sedang, Hotel Beringin II, fasilitas kamar VVIP yang pernah ditempati Presiden rusak berat .
Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), gempa dengan magnitudo 7,9 pada Selasa, pukul 02.47 WIT, pusatnya di laut pada kedalaman 131 km di koordinat 7,25 Lintang Selatan dan 130,18 Bujur Timur, sekitar 148 km barat laut Maluku Tenggara Barat.
Gempa tersebut dirasakan pada skala V MMI di Kota Saumlaki; IV MMI di Dobo dan Tiakur; III-IV MMI di Alor, Waingapu, Waijelu, Lembata, Sorong, dan Kaimana; II-III di Kairatu, Merauke, Nabire, Tanah Merah, Wamena, Bakunase, Kolhua, Sabu, Rote, Ende, Amarasi Selatan, dan Kota Kupang; serta II MMI di Ambon dan Piru (Kabupaten Seram Bagian Barat).
Pada skala II MMI getaran dirasakan oleh beberapa orang dan menyebabkan benda-benda ringan yang digantung bergoyang dan pada skala III MMI getaran dirasakan nyata dalam rumah, terasa seakan ada truk berlalu. Getaran pada skala IV MMI pada siang hari dirasakan oleh orang banyak di dalam rumah dan beberapa orang di luar rumah serta menyebabkan gerabah pecah, jendela/pintu berderik, dan dinding berbunyi.
BACA JUGA:
Pada skala V MMI, getaran dirasakan oleh hampir semua penduduk, membuat banyak orang terbangun, serta menyebabkan gerabah pecah, barang-barang terpelanting, serta tiang-tiang dan barang besar bergoyang.