DKI Bela Diri Soal Angka Kemacetan Stagnan
Arus lalu lintas di salah satu Jalanan di Jakarta (Irfan Meidianto/VOI)

Bagikan:

JAKARTA - Kepala Dinas Perhubungan DKI Syafrin Liputo melihat ada hal positif dari hasil survei angka kemacetan di sejumlah ibu kota negara yang dirilis oleh perusahaan perangkat GPS asal Eropa, Tomtom. 

Padahal, angka kemacetan di Jakarta tak ada penurunan selama setahun terakhir. Dilihat dalam situs web resminya, pada tahun 2018, Tomtom menyebut tingkat kemacetan Jakarta sebesar 53 persen. Pada 2019, tingkat kemacetan stagnan dengan angka yang sama. 

Menurut Syafrin, Pemprov DKI sudah melakukan kebijakan yang mampu mengurangi kepadatan lalu lintas Jakarta. Contohnya, penerapan sistem ganjil-genap, LRT, MRT, dan pengintegrasian moda transportasi seperti program Jak Lingko. Hal itulah, kata dia yang mampu menekan peningkatan kepadatan kendaraan. Mengingat, kendaraan di Jakarta bertambah 10 persen tiap tahunnya

"Jika kita tidak lakukan intervensi (program) yang masif tadi, yang ada Jakarta lebih macet. Tentu, kalau begitu angka kemacetan bukan stagnan lagi tapi malah meningkat," kata Syafrin saat ditemui di DPRD DKI, Jakarta Pusat, Senin, 3 Februari. 

Meski angka kemacetan stagnan, Syafrin mengklaim terjadi peningkatan kinerja lalu lintas di 25 ruas jalan yang diterapkan ganjil-genap. Dari 25 km per jam, kinerja lalu lintas rata-rata naik jadi 33 km per jam. Kemudian, terjadi pengurangan volume lalu lintas sebanyak 30 persen. 

"Artinya, ganjil-genap ini cukup menyumbang (peningkatan kinerja lalu lintas). Bayangkan, jika tidak dilakukan, tentu kita tidak bisa kita pertahankan 53 persen. Jangan melihat angka yang stagnan, tapi lihat ada angka pembentuk," ungkap dia. 

Lebih lanjut, upaya mengurangi kemacetan tak berhenti sampai di situ. Pada tahun ini, Pemprov DKI bakal menerapkan sistem jalan berbayar atau electronic road pricing (ERP). 

"Saat ini dokumennya sedang disiapkan. Kajian komperehensif terhadap dokumen yang sudah ada (sejak era Gubernur DKI sebelumnya), itu yang menjadi dasar untuk lelang ulang," kata dia. 

Upaya lainnya, kata Syafrin, adalah kenaikan tarif parkir. Nantinya, kawasan pengendalian parkir dibagi dua, yakni jaringan jalan golongan A dan golongan B. Kemudian, seluruh kendaraan dari daerah penyangga tidak keluar gerbang tol di kawasan ganjil-genap jika nomor polisinya tidak sesuai dengan tanggal ganjil-genap. 

Sebagai informasi, survei Tomtom pada 2019 melibatkan setidaknya 416 kota dari 57 negara di enam benua. Penelitiannya melibatkan berbagai unsur seperti pengendara, kebijakan pemerintah, rencana tata kota, hingga produksi kendaraan.

Dalam laman resmi Tomtom menyebutkan waktu termacet di Jakarta di 2019 terjadi pada hari Jumat pukul 17.00-18.00 WIB. Ia meminta warga Jakarta menghindari waktu itu untuk kenyamanan berkendara.

Selain itu, di 2019, hari paling tidak macet adalah pada tanggal 4 Juni. Hari ini bertepatan dengan libur idul fitri ketika warga Jakarta tengah ramai melakukan mudik ke kampung halaman.

Kemudian, untuk hari paling macet selama setahun jatuh pada tanggal 6 Maret 2019. Tingkat kemacetannya bahkan mencapai 91 persen. Padahal rata-ratanya dalam satu tahun adalah 53 persen.

Data lainnya menunjukan ketika jam kerja, hari Senin pagi hari menjadi waktu paling macet setiap harinya. Sementara ketika malam hari, Jumat menjadi saat paling macet dengan rata-rata mencapai lebih dari 90 persen.