Bagikan:

JAKARTA - Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Syafrin Liputo mengungkapkan Pemprov DKI memiliki solusi jangka pendek dalam mengurai kemacetan Jakarta.

Hal ini akan dilakukan seiring dengan perencanaan berbagai program pengurangan angka kemacetan pada jangka panjang.

Salah satunya adalah menutup jalur putar balik kendaraan atau U-turn di 27 titik. Hal ini, kata Syafrin, merupakan instruksi dari Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono.

"Tahap awal untuk jangka mendesak sebagai pengurai kemacetan, kami akan melakukan penutupan 27 titik putaran," kata Syafrin saat ditemui di gedung DPRD DKI Jakarta, Selasa, 24 Januari.

Kemudian akan ada perubahan arus lalu lintas dari yang semula dua arah menjadi hanya satu arah.

"Ada 7 ruas jalan yang sudah teridentifikasi ruas jalan sistem satu arah," lanjutnya.

Namun, Syafrin belum merinci titik atau ruas jalan mana saja yang akan diterapkan sistem satu arah dan penutupan U-turn tersebut. Ia hanya menyebut kedua upaya ini bisa mengurangi kemacetan.

"Dalam waktu mendesak kita harapkan bisa mengurangi kepadatan lalu lintas di beberapa lokasi ruas jalan," tutur dia.

Selain itu, Syafrin juga mengungkapkan pihaknya menggandeng Google untuk menerapkan proyek Green Light berteknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) sebagai sistem pengurai kemacetan di Jakarta.

Proyek Green Light memiliki tujuan untuk mengoptimalkan fungsi lampu lalu lintas untuk mengurangi kemacetan, konsumsi bahan bakar, dan emisi kendaraan memanfaatkan teknologi AI berbasis Android.

"Kami sudah berkolaborasi dengan rekan-rekan Google Indonesia, mengoptimalkan data-data di google untuk melakukan optimasi traffic light, dalam waktu dekat

"Teman-teman dari Google melaksanakan analisis dan evaluasi terhadap situasi di satu koridor. Setelah itu dapat kami lakukan pengaturan terhadap siklus time seluruh simpang di koridor itu," urai Syafrin.

Sementara itu, Direktur Lalu Lintas Polda Metro Jaya Kombes Pol Latif Usman menyebut bahwa indeks kemacetan di Jakarta saat ini sudah mencapai lebih dari 50 persen pada 7.800 kilometer ruas jalan di Ibu Kota.

Hal ini disampaikan Latif dalam rapat kerja Komisi B DPRD DKI Jakarta bersama jajaran Dinas Perhubungan DKI Jakarta.

"Kita belum menghitung indeks kemacetan, tapi, perkiraan saya sejak akhir 2022 sudah di atas 50 persen. Ini menjadi perhatian kita bersama bagaimana situasi jakarta saat ini," ujar Latif.

Latif menyebut, kondisi kepadatan lalu lintas di Jakarta saat ini sudah mirip dengan yang terjadi pada 2019 lalu. Di mana, saat itu indeks kemacetannya mencapai 53 persen.

Berdasarkan hasil survei lembaga pemantau kemacetan asal Inggris, TomTom, Indonesia pun menempati peringkat 10 kota termacet di dunia pada tahun 2019.

"Tentunya kalau sudah di angka 50 persen sudah sangat mengkhawatirkan. Apalagi di angka 50 persen, di angka 40 persen, Jakarta itu sudah tidak aman," ujar dia.