JAKARTA - Penutupan U-Turn (putaran balik) di Jalan Pangeran Antasari, Jakarta Selatan, berujung ricuh. Hal ini terjadi karena pengatur lalu lintas liar ‘pak ogah’ tak terima dengan penutupan tersebut.
Kasat Lantas Polres Metro Jakarta Selatan, Kompol Bayu Marfiando membenarkan adanya insiden tersebut. Peristiwa itu terjadi sekiranya siang hari.
“Iya betul, Ini saya lagi cek,” kata Bayu saat dikonfirmasi, Kamis, 30 Maret.
Bayu menduga keriburan itu terjadi diduga bentuk ketidaksetujuan sejumlah pak ogah akibat penutupan putaran balik tersebut.
“Infonya pak ogah disana gak terima,” ucapnya.
Kendati demikian, Bayu mengaku tidak dapat berbuat banyak terkait penutupatan tersebut. Lantaran hal itu wewenang Dinas Perhubungan DKI Jakarta.
“Ranahnya Dishub,” ujarnya.
Sementra itu, Kapolsek Metro Kebayoran Baru Kompol Tribuana Roseno mengatakan keributan itu didasari penolakan pak ogah. Lantaran sebelumnya tidak ada sosialisasi dari pihak Dinas Perhubungan DKI Jakarta.
“Dari dishub sudah menutup jalan, karena kurang dilakukan sosialisasi kepada warga, sehingga warga keberatan dan hasil koordinasi dengan warga, beton pembatas akan diangkat kembali,” ucapnya.
Sebagai informasi, Dishub DKI Jakarta diketahui telah menutup 14 titik U-Turn atau putaran balik di beberapa ruas jalan. Penutupan U-Turn dilakukan demi mengurangi simpul-simpul kemacetan di DKI Jakarta.
"dan juga akan diberlakukan SSA sistem satu arah pada tujuh ruas jalan," kata Syafrin Liputo.
Lebih lanjut dia menuturkan, pihaknya akan terus melakukan evaluasi terkait hal itu. Adapun pihaknya menargetkan akan menutup 27 titik yang telah direncanakan pada Juni tahun ini.
Ia menyebut keberadaan titik putar balik turut berpengaruh dengan kondisi lalu lintas. Dishub DKI Jakarta sebelumnya telah melakukan kajian kajian sebelum diambil kebijakan menutup U-turn.
"Cukup tinggi mempengaruhi pergerakan. Karena begitu yang bersangkutan akan berputar biasanya manuver itu akan memakan satu setengah lajur jika dia sebelah kanan otomatis sebelah kiri dia gunakan," ucapnya.