Bagikan:

YOGYAKARTA – Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berencana membangun tanggul laut raksasa atau giant sea wall. Keberadaan giant sea wall Jakarta menjadi salah satu upaya pemprov dalam menanggulangi banjir rob yang kerap melanda wilayah tersebut.

Seperti diketahui, DKI Jakarta memang jadi salah satu wilayah yang rawan banjir. Kondisi tersebut makin parah saat musim hujan. Sampai saat ini banyak upaya yang sudah dilakukan oleh pemprov DKI Jakarta untuk menangatasi banjir seperti normalisasi sungai, pembuatan sumur resapan, dan sebagainya. Lalu bagaimana dengan giant sea wall ini?

Giant Sea Wall Jakarta

Giant Sea Wall Jakarta adalah proyek yang menjadi bagian dari pengembangan pesisir raksasa di Jakarta. Proyek tersebut meliputi konstruksi dinding yang dibangun di sepanjang pantai, bangunan penampung air, serta reklamasi lahan.

Dalam artikel yang berjudul “Pembangunan Giant Sea Wall:Bermanfaatkah Bagi Masyarakat Perikanan?” yang diunggah di journal.ipb.ac.id, dikatakan bahwa pembangunan Giant Sea Wall di Teluk Jakarta merupakan program pembangunan yang diluncurkan sejak tahun 2010. Awalnya bertujuan untuk pengendalian banjir, namun kemudian berkembang ke berbagai sektor untuk pembangunan ekonomi daerah.

Meski tujuan pembangunan makin meluas, pembangunan Giant Sea Wall tetap berorientasi pada pengendalian banjir yang disebabkan karena sebagian wilayah DKI Jakarta ada di bawah permukaan laut. Penurunan permukaan laut sendiri terjadi karena pengambilan air tanah yang berlebihan.

Pemerintah sendiri sempat melakukan studi kelayakan untuk membangun tanggul tersebut. Proyek kemudian dikenal dengan National Capital Integrated Coastal Development (NCICD) master plan atau Giant Sea Wall Jakarta yang dirancang oleh arsitektur firma Kuiper Compagnons dari Rotterdam yang berkolaborasi dengan Indonesia dan konsorsium dari perusahaan-perusahaan Belanda (Witteveen+Bosa dan Grontmij).

Dikutip dari utara.jakarta.go.id, pembangunan tanggul raksasa di pesisir Jakarta akan dilakukan dengan tiga tahap dengan biaya sebesar Rp400 hingga Rp500 triliun. Adapun ketiga tahap tersebut adalah sebagai berikut.

  1. Tahap pertama: Membangun tanggul pantai dan sungai, serta melakukan pembentukan garis pantai untuk melindungi masyarakat dan aset yang ada di sekitarnya.
  2. Tahap kedua: Membangun tanggul laut di sisi barat, pembangunan infrastruktur, kolam air tawar, konektifitas, reklamasi, dan membangun sekaligus memperbaiki kerusakan lingkungan.
  3. Tahap ketiga: Pembangunan tanggul laut sisi timur, membangun zona ekonomi pelabuhan, melanjutkan jaring konektifitas, membangun lingkungan baru, serta menyediakan pengelolaan limbah padat.

Kontroversi Giant Sea Wall Jakarta

Pembangunan Giant Sea Wall Jakarta ternyata tetap diliputi kontroversi, baik di kalangan masyarakat maupun di kalangan peneliti.

Masyarakat sekitar, baik langsung maupun tidak langsung,yang terdampak menilai bahwa pembangunan tersebut akan berdampak pada ekonomi mereka karena nilai investasi yang mereka gelontokan pada ruang usaha mereka cukup besar.

Sedangkan di kalangan peneliti, proyek ini disebut akan mempengaruhi lingkungan karena berpotensi menghancurkan terumbu karang hingga adanya potensi pencemaran air di balik dinding laut.

Progres Pembangunan Giant Sea Wall Jakarta

Saat ini progres pembangunan Giant Sea Wall Jakarta dalam NCICD ini baru mencapai 13 kllometer. Sedangkan pengerjaan tanggul diprioritaskan terbangin sepanjang 46 kilometer.

"Kan yang kritis itu ada, awalnya 46 kilometer ya yang kritis itu sudah dilaksanakan 13 kilometer, tinggal 33 kilometer,” kata Kepala Dinas Sumber Daya Air Yusmada Faizal di Balai Kota DKI Jakarta, belum lama berselang.

Ke depannya, sisa pengerjaan 33 kilometer tanggul akan dilanjutkan dengan rincian 11 kilometer pengerjaannya dilakukan oleh Pemprov DKI, 11 kilometer dilakukan oleh PT Pelindo II atau KSOP Sunda Kelapa, dan 11 kilometer lainnya dilakukan oleh Kementerian PUPR.

Itulah informasi terkait Giant Sea Wall Jakarta. Untuk mendapatkan informasi menarik lain kunjungi VOI.ID.