Meski 'Meletup-letup', Risma yang Pekerja Keras Diyakini Mampu Pimpin Kemensos Sesuai Keinginan Jokowi
Tri Rismaharini (DOK. Pemkot Surabaya)

Bagikan:

SURABAYA - Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini sosok tokoh yang dikenal tegas, dan kerap emosional. Karakter itu dinilai cocok untuk mengembalikan citra Kementerian Sosial (Kemensos), yang tersangkut korupsi bantuan sosial (bansos) COVID-19.

Demikian disampaikan Pengamat Politik Surabaya Survei Centre (SSC), Mochtar W Oetomo mengenai Risma yang menjadi menteri sosial. Dia menilai Risma layak mendapat kepercayaan sebagai Mensos. Apalagi, kata dia, selama dua periode kepemimpinan Risma di Surabaya, mampu membawa Kota Pahlawan ke level international.

"Dengan karakter Bu Risma yang tempramen itu, saya kira pas, cocok untuk memimpin Kemensos. Dari sisi apapun Bu Risma layak mendapat kepercayaan ini setelah dua periode, mampu memimpin dan mengangkat Kota Surabaya ke level yang lebih tinggi dengan segenap kinerja, dedikasi, dan prestasinya," kata Mochtar, Rabu, 23 Desember.

Menurut Mochtar, mengembalikan citra Kemensos bukan pekerjaan gampang yang bisa ditempuh dengan cepat. Setidaknya Risma harus membuktikan  Kemensos akan lebih bersih dan berintegritas di bawah kepemimpinannya. 

"Karena selama ini kementerian ini selalu dikaitkan dengan kepentingan politik jejaring partai. Dalam hal ini Risma memiliki tantangan besar untuk bisa menunjukkan kepada publik, bahwa kementerian ini bisa independen dari kepentingan politik jejaring partai," kata Mochtar.

Mochtar mengatakan, jabatan baru yang diemban Risma juga tentunya tidak ringan. Banyak pekerjaan rumah dan tantangan yang harus dilakukan untuk bisa menjawab ekspektasi publik. 

Pertama, kata dia, Risma sabagai Mensos akan langsung berhadapan dengan situasi sosial yang pelik. Pandemi Covid-19 yang masih jauh dari kata akhir, menyisakan banyak problem sosial yang harus mendapat perhatian dan penyeselesaian. "Ditambah lagi sekarang ini masuk ke bulan-bulan dengan cuaca dan curah hujan yang tidak menentu, yang memungkinkan menculnya banyak bencana dan musibah alam," ujarnya. 

Sebagai Mensos baru, lanjut Mochtar, Risma juga harus menghadapi berbagai problem di dalam internal kementerian yang ditinggalkan oleh Mensos sebelumnya yang ditangkap KPK. Kooordinasi, konsolidasi, dan berbagai pembenahan internal kementerian menurutnya bukan hal yang gampang dan memerlukan energi tersendiri.

"Ibu Risma mau tidak mau harus berhadapan dengan citra diri lembaga kemensos yang bisa dibilang ada pada titik nadir dengan berbagai kasus yg menjerat Mensos-Mensos sebelumnya," ujarnya. 

Selama menjabat sebagai Wali Kota Surabaya, Risma sering terlihat meluapkan emosinya di depan publik dari mulai marah, hingga menangis. Misalnya soal Taman Bungkul yang rusak pada 11 Mei 2014.

Kala itu Risma terlihat emosional di depan publik, marah besar saat mengetahui banyak tanaman di Taman Bungkul rusak diinjak warga. Risma mencak-mencak kepada para pengunjung dan penyelenggara acara.

Saat itu, tanaman di Taman Bungkul readyviewed diketahui rusak akibat diinjak warga yang berebut es krim gratis. Risma pun tak terima. Penyelenggara acara pun jadi sasaran amarahnya. "Lihat itu rusak semua. Sekian puluh tahun kami bikin itu, ngerti ndak. Itu semua uang rakyat," kata Risma, kepada panitia.

Risma juga kembali meluapkan emosinya ketika sidak Pelayanan e-KTP di Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dispendukcapil) Surabaya, September 2016. Risma terlihat murka mendapati pengurusan e-KTP yang bermasalah. Hal itu pun terekam dalam liputan salah satu televisi swasta nasional Indonesia.

"Panggil ahli IT. Masa kerja pakai software begini, enggak professional. Kamu ngerti nggak," teriak Risma pada anak buahnya.

Risma juga sempat murka terkait mobil laboratorium BNPB pada pandemi COVID-19 sekitar bulan Mei 2020. Risma marah besar ketika mendapati dua mobil untuk tes virus corona (COVID-19), yang dikirim Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) diambilalih Pemprov Jawa Timur.

Padahal, menurut Presiden UCLG-ASPAC tersebut, dua mobil lab PCR itu khusus diperuntukan tes masif corona di Surabaya. "Teman-teman lihat sendiri kan, ini bukti permohonan saya dengan Pak Doni, jadi ini saya sendiri yang memohon kepada beliau. Kasihan pasien-pasien yang sudah menunggu," kata Risma kala itu.