JAKARTA - Sebuah pesawat militer China datang dalam jarak 10 kaki (3 meter) dari pesawat Angkatan Udara Amerika Serikat di Laut China Selatan yang diperebutkan minggu lalu, memaksanya melakukan manuver mengelak untuk menghindari tabrakan di wilayah udara internasional, kata militer AS pada Hari Kamis.
'Pertemuan' jarak dekat di udara itu mengikuti apa yang disebut Amerika Serikat sebagai tren baru-baru ini tentang perilaku yang semakin berbahaya oleh pesawat militer China.
Insiden itu, yang melibatkan jet tempur J-11 Angkatan Laut China dan pesawat pengintai RC-135 Angkatan Udara AS, terjadi pada 21 Desember, kata militer AS dalam sebuah pernyataan.
"Kami berharap semua negara di kawasan Indo-Pasifik menggunakan wilayah udara internasional dengan aman dan sesuai dengan hukum internasional," kata militer AS, melansir Reuters 30 Desember.
Seorang juru bicara militer AS mengatakan jet China datang dalam jarak 10 kaki dari sayap pesawat, tetapi 20 kaki dari hidungnya, yang menyebabkan pesawat AS melakukan manuver mengelak.
"Itu adalah manuver yang tidak aman," ujar US Indo-Pacific Command dalam sebuah pernyataan, mengutip Defense News.
Komando itu juga mengatakan, pesawat RC-135 Rivet Joint berada di wilayah udara internasional pada saat itu, melakukan "operasi rutin".
"Pasukan Gabungan Indo-Pasifik A.S. didedikasikan untuk wilayah Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka dan akan terus terbang, berlayar serta beroperasi di laut dan di wilayah udara internasional dengan memperhatikan keselamatan semua kapal dan pesawat terbang berdasarkan hukum internasional," lanjut komando itu.
Amerika Serikat telah mengangkat masalah ini dengan pemerintah China, kata seorang pejabat AS secara terpisah.
Kedutaan Besar China di Washington D.C. tidak segera menanggapi permintaan komentar.
Di masa lalu, China mengatakan bahwa Amerika Serikat mengirim kapal dan pesawat ke Laut China Selatan tidak baik untuk perdamaian.
Pesawat dan kapal militer AS secara rutin melakukan operasi pengawasan dan melakukan perjalanan melalui wilayah tersebut.
BACA JUGA:
Diketahui, China mengklaim sebagian besar Laut China Selatan yang tumpang tindih dengan zona ekonomi eksklusif Vietnam, Malaysia, Brunei, Indonesia, dan Filipina.
Dalam pertemuan dengan timpalannya dari China pada Bulan November, Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin mengemukakan perlunya meningkatkan komunikasi krisis, dan juga mencatat apa yang disebutnya perilaku berbahaya oleh pesawat militer China.