Bagikan:

AMBON - Kapolda Maluku Irjen Lotharia Latif yakin warga Kariuw dan Pelauw Pulau Haruku, Kabupaten Maluku Tengah, akan damai selamanya.

“Saya punya komitmen, saya dengan pangdam, bahwa ini persoalan yang terjadi di Maluku ini tidak hanya Kariuw dan Pelauw. Kita tahu banyak persoalan juga yang hampir sama seperti ini ada di Maluku ini,” kata Kapolda Maluku di Ambon.

Dia mengatakan, hal ini diserahkan sepenuhnya kepada pemerintah. Kapolda Maluku juga meminta semua tokoh, baik tokoh agama, ketua Sinode, ketua MUI, Keuskupan, tetap mendorong perdamaian agar bisa terwujud perdamaian yang permanen.

“Nanti secara menetap kita akan melakukan pola yang sama seperti yang dilakukan di Pelauw dan Kariuw,” ujarnya.

Kapolda Maluku mengatakan, hal ini merupakan bentuk perhatian dan rasa kepedulian dari TNI dan Polri.

"Negara hadir untuk mewujudkan jalan damai untuk semua pihak," kata Kapolda Maluku.

Irjen Latif mengatakan pemulangan warga Kariuw pada 19 Desember 2022, sendiri dilakukan berdasarkan berbagai pertimbangan dan situasi. Memang tidak serentak seluruh pengungsi Kariu di Aboru dikembalikan, namun dilakukan secara bertahap.

Dia berharap kepada semua pihak agar dapat menahan diri dan menjunjung tinggi rasa persatuan, kesatuan, dan semangat persaudaraan.

"Kita doakan semuanya berjalan aman dan lancar tidak ada lagi persoalan-persoalan seperti ini. Dan saya punya komitmen saya dan Pangdam bahwa persoalan yang terjadi di Maluku ini tidak hanya Kariu dan Pelauw. Kita tahu bersama bahwa banyak persoalan yang hampir sama di Maluku yang nantinya secara bertahap kita juga akan lakukan pola dan role model yang sama seperti yang kita lakukan di Pelauw dan Kariu," ucapnya.

Kapolda mengimbau masyarakat agar tidak lagi terlibat konflik dan pertikaian yang akan menyebabkan jatuhnya korban jiwa, maupun korban harta benda.

"Hentikan sudah pertikaian. Mari kita hidup secara aman, damai dan sejahtera," pintanya.

Irjen Latif juga meminta masyarakat agar dapat menyelesaikan setiap persoalan menggunakan pikiran jernih, hati yang dingin, dan tidak menggunakan kekerasan.

"Selesaikan setiap persoalan dengan cara-cara damai tanpa perlu kekerasan yang hanya membawa stigma buruk bagi Maluku," katanya.

Diberitakan, sebanyak 1370 warga Kariu atau 330 KK masih mengungsi di Aboru. Di mana, 150 orang di antaranya merupakan balita dan 250 orang lainnya lansia.

Mereka terpaksa mengungsi usai bentrok dengan negeri Pelauw, Ori pada 26 Januari 2022 lalu karena masalah tapal batas tanah.

Pemerintah Provinsi Maluku bersama pemerintah Kabupaten Maluku Tengah menjamin akar konflik sosial antara warga Negeri Pelauw dan Kariuw di Pulau Haruku, Kabupaten Maluku Tengah, yang terjadi sejak Januari 2022 akan diselesaikan secepatnya, sehingga tidak menimbulkan konflik baru.

Pada 15 November 2022 lalu, warga Negeri Pelauw dan Kariuw, Pulau Haruku, Kabupaten Maluku Tengah akhirnya sepakat untuk berdamai dan mengakhiri konflik sosial yang terjadi diantara mereka sejak Januari 2022.

Kesepakatan berdamai antara kedua belah pihak dilakukan melalui penandatanganan akta kesepakatan damai yang ditandatangani Penjabat Negeri Kariuw Samuel Jory Radjawane serta Radja Pelauw Rasyad Effendi Latucosina, di Ambon.

Akta Damai yang ditandatangani itu berisi 22 butir kesepakatan antara kedua belah pihak bertikai, dan salah satu butir penting adalah pemulangan masyarakat Kariuw yang saat ini sementara ditampung di Negeri Aboru ke negeri asal mereka pada 22 Desember 2022, sekaligus Perayaan Natal bersama masyarakat Pelauw.

Saat ini sebanyak 157 warga Kariuw sedang ditampung di Gereja Kariuw berdasarkan kesepakatan bersama pemerintah demi keamanan yang lebih baik.

Di Kariuw dan pelauw sendiri juga telah ada 600 personel gabungan TNI Polri dan pemerintah kabupaten untuk melakukan pengamanan.