JAKARTA - Pakar politik dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Lili Romli menyarankan anggota Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) mencari cara untuk memperbesar peluang kandidat calon presiden atau calon wakil presiden yang bakal diusung mendapat efek ekor jas atau coattail effect maksimal.
"Yang jelas tiga partai [anggota KIB] itu sudah cukup, tidak ada alasan untuk bubar. Kalau kandidatnya tidak populer, ya berusaha untuk mempopulerkan," ujar Lili di Jakarta, Selasa, 20 Desember.
Lili menilai, ada dua calon yang berpeluang untuk diusung KIB dari internal, yakni Ketum Golkar Airlangga Hartarto dan Ketum PAN Zulkifli Hasan. Sedangkan peluang Plt Ketum PPP Mardiono masih sangat kecil.
Dia menambahkan, dalam bursa pencalonan menuju 2024, KIB juga bisa mengikutsertakan pihak eksternal.
"Kalau pertimbangannya untuk efek ekor jas, mestinya mereka maju. Nah, majunya itu bisa tetap pimpinan partainya, bisa juga dari luar. Artinya bukan bergabung ke partai lain," ujarnya.
Lili pun menyarankan agar Golkar, PAN, dan PPP getol mempopulerkan dan mempromosikan kandidat capres dan cawapres koalisi KIB. Misalnya saja dari internal, yaitu Airlangga Hartarto. Upaya itu agar segera mengetahui sejauh mana efek ekor jas yang diperoleh KIB.
"Apalagi Golkar pasang target 20 persen, kalau dia tidak maju ya susah. Apalagi ada penantang partai baru yang punya figur," tambahnya.
BACA JUGA:
Lebih jauh, Lili memprediksi, Pilpres 2024 akan berlangsung dua putaran jika ada lebih dari dua pasangan calon yang berkontestasi.
Baru setelah itu, lanjut dia, KIB bisa memikirkan cara untuk menang dengan bergabung ke koalisi lain atau yang mengusung capres dengan potensi kemenangan tinggi.
Tapi untuk saat ini, menurut Lili, KIB harus fokus mempopulerkan kandidat capres dan cawapres yang bakal diusung. Karena dengan itu, ada peluang untuk meraup lebih banyak suara dengan memanfaatkan efek ekor jas.
"Karena yang diselamatkan adalah partai. Persoalan nanti, ya nanti di putaran kedua, sudah boleh hitung-hitungan menang-kalah," tandasnya.