JAKARTA - Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) mencatat provinsi paling barat Indonesia ini mengalami 398 kejadian bencana sejak Januari hingga pertengahan Desember 2022.
"Dari 398 kejadian tersebut, bencana yang paling sering terjadi adalah kebakaran pemukiman mencapai 35,1 persen atau 136 kali kejadian, dan ada 344 rumah rusak," kata Kepala Pelaksana BPBA Ilyas, di Banda Aceh, Senin 19 Desember dilansir dari Antara.
Kejadian bencana lainnya yakni kebakaran lahan dan hutan 20,4 persen dengan 79 kali kejadian dan membakar 241 hektare lahan.
Kemudian, banjir 69 kali kejadian yang menyebabkan 2.573 rumah terendam, longsor 20 kali membuat empat rumah rusak, serta banjir dan longsor 15 kali kejadian, dan mengakibatkan 35 rumah terendam.
Akibat bencana tersebut total kerugian diperkirakan mencapai Rp230 miliar serta berdampak pada 3,807 rumah, 146 sarana pendidikan, dua bangunan pasar, tiga sarana kesehatan,16 sarana pemerintahan, dan sembilan sarana ibadah.
"Total masyarakat terdampak 86.912 KK / 286.002 jiwa pada 718 kecamatan di 1,731 desa dengan jumlah pengungsi sebanyak 79.955 orang," ujarnya.
Selain itu, kata Ilyas, semua bencana tersebut juga telah berdampak pada 67 ruko, 22 jembatan, 38 tanggul, dan 837 meter badan jalan akibat banjir dan longsor, serta 241 hektare lahan terbakar akibat karhutla.
Kemudian, juga telah membuat 11 orang meninggal dunia, terdiri atas dua korban akibat longsor, tiga terseret arus banjir bandang, lima terseret arus banjir, satu kebakaran, serta empat orang luka-luka akibat bencana.
Ilyas menambahkan, bahwa untuk bersiaga menghadapi bencana, BPBA melakukan sejumlah upaya, yaitu meningkatkan kapasitas aparatur, meningkatkan kapasitas masyarakat (gladi/simulasi, SMAB, desa tangguh bencana, gerakan PRB).
BACA JUGA:
"Kita juga memusatkan kendali operasi PB (data yang cepat dan valid), mengkoordinasi dengan BPBD Kabupaten/Kota, menyiapkan sarpras penanggulangan bencana, dan membentuk tim reaksi cepat," katanya.
Tidak hanya itu, lanjut Ilyas, BPBA juga melakukan rehab rekon meliputi koordinasi dengan instansi teknis PUPR, menanam rumput pencegah longsor (vetiver), melakukan pemulihan ekonomi pasca bencana.
"Terakhir kami juga memulihkan kembali lingkungan terdampak bencana (perkuatan tebing sungai dan rekonstruksi wilayah bencana)," demikian Ilyas.