Asal Tahu Saja, Kamboja Tolak Vaksin Sinovac karena Ogah jadi Kelinci Percobaan China
Vaksin Sinovac tiba di Bandara Soetta (Sumber: Sekretariat Negara)

Bagikan:

JAKARTA - Kamboja akan memperoleh satu juta dosis untuk kloter pertama vaksinasi COVID-19. Namun negara tersebut tidak akan gunakan vaksin COVID-19 Sinovac buatan China.

Mengutip Nikkei Asia, Jumat, 18 Desember, Perdana Menteri (PM) Kamboja Hun Sen mengatakan bahwa stok vaksin telah dipesan melalui fasilitas COVAX yang didukung PBB, yang mensubsidi vaksin untuk 92 negara berpenghasilan rendah. Namun Hun Sen mengatakan negaranya tidak akan menerima vaksin yang tidak disertifikasi oleh badan kesehatan global.

"Kamboja bukan tempat sampah dan bukan tempat untuk uji coba vaksin," kata Hun Sen. 

Keputusan Hun Sen tersebut tampaknya mengesampingkan kesepakatan awal, yaitu China mengamankan vaksin Sinovac untuk Kamboja sejak awal. China, yang merupakan sekutu utama Kamboja, berjanji untuk mendukung upaya vaksinasi di Kamboja.

Pada Agustus, PM China Li Keqiang mengatakan kepada negara-negara Mekong bahwa mereka akan diberikan prioritas setelah vaksin yang dikembangkan China siap. Hal ini digaungkan oleh Menteri Luar Negeri China Wang Yi saat berkunjung ke Kamboja pada Oktober.

The Khmer Times melaporkan bahwa duta besar China di Kamboja telah melakukan kontak dengan pemerintah tentang potensi penyebaran vaksin buatan China. Secara keseluruhan, Hun Sen mengatakan pemerintahnya bertujuan untuk memperoleh 26 juta dosis untuk menyuntik 13 juta dari 16 juta warga Kamboja secara gratis.

Perwakilan WHO di Kamboja Li Ailan mengatakan bahwa dia berharap vaksin akan tersedia di Kamboja pada awal 2021 atau pada pertengahan tahun. Hun Sen juga mengatakan pemerintah akan mengalokasikan dana sebesar 100 juta hingga 200 juta dolar AS untuk membayar vaksin.

Pemerintah juga telah menerima lebih dari 48 juta dolar AS sumbangan dari sekitar 38 ribu orang. Sumbangan tersebut dari berbagai tokoh bisnis Kamboja yang kuat, yang menurut para analis merupakan contoh ilustrasi dari jaringan patronase yang menopang kekayaan dan kekuasaan di negara tersebut.

Bos miliarder Malaysia dari kasino terbesar Kamboja, NagaWorld, menyumbangkan 5 juta dolar AS. Beberapa taipan lokal yang sangat kaya, yang dikenal sebagai "oknha" juga memberi jumlah jutaan dolar.

Kontribusi semacam itu adalah hal yang lazim dalam sistem patronase Kamboja. Para elite menjilat dengan menyalurkan uang tunai ke organisasi kemanusiaan yang terkait dengan perdana menteri dan Partai Rakyat Kamboja yang berkuasa, seperti Palang Merah Kamboja yang dijalankan oleh istri PM Kamboja. 

Pengeluaran pemerintah Kamboja untuk perawatan kesehatan termasuk yang terendah di kawasan Asia Tenggara. Sementara warganya menghadapi pengeluaran kesehatan sendiri yang tinggi, menurut Bank Dunia.

Meski begitu, Kamboja tetap berada dalam posisi yang patut ditiru. Kamboja mencatat hanya ada 362 kasus COVID-19 yang dikonfirmasi dan tidak ada kasus kematian. Dari jumlah tersebut, 41 terhubung ke cluster pertama yang ditularkan secara lokal di negara itu, yang muncul akhir bulan lalu setelah menyebar melalui sebuah pertemuan keluarga.