Tiba-Tiba Putin Sindir Prancis yang Gagal Jaga Multikulturalisme di Bawah Macron
Vladimir Putin (Sumber: Pixabay)

Bagikan:

JAKARTA - Presiden Rusia Vladimir Putin telah mempertimbangkan perdebatan seputar kebebasan berbicara dan hak-hak umat beragama. Ia mengatakan benturan budaya adalah masalah eksistensial di Barat.

Mengutip RT, Jumat, 18 Desember, Putin mengatakan itu dalam konferensi pers akhir tahun. Putin mengatakan ada keseimbangan antara mengekspresikan diri dan menghina perasaan seluruh kelompok orang.

“Di mana batas kebebasan yang satu dengan kebebasan yang lain?” tanya Putin. "Diketahui bahwa di mana kebebasan seseorang dimulai, kebebasan orang lain harus diakhiri," tambah Putin. 

Dalam kesempatan itu Putin juga menyebut orang-orang yang bertindak sembarangan, menghina hak dan perasaan orang beragama harus selalu ingat akan adanya reaksi balik yang tak terhindarkan. Putin lalu menunjuk kejadian baru-baru ini di Prancis sebagai bukti bahwa "multikulturalisme telah gagal."

Pekan lalu Putin menginstruksikan Kementerian Luar Negeri Rusia untuk memulai diskusi melalui organisasi internasional tentang masalah-masalah yang berkaitan dengan mereka yang menghina kepercayaan orang-orang beragama. Hal lain yang didiskusikan termasuk terkait pemicu kebencian dan konflik antaragama.

Kasus di Prancis

Tujuh pria asal Chechnya didakwa di Prancis atas dugaan keterlibatan mereka dalam pembunuhan dan pemenggalan guru bernama Samuel Paty pada Oktober. Jaksa penuntut mengatakan Paty menjadi sasaran Abdullakh Anzorov yang berusia 18 tahun karena mempertunjukkan serangkaian gambar kartun Nabi Muhammad di kelasnya dalam pelajaran tentang kebebasan berbicara.

Tak lama setelah membunuh Paty, Anzorov ditembak mati oleh polisi. Setelah insiden tersebut, Presiden Prancis Emmanuel Macron memicu kontroversi yang menyulut protes dari negara mayoritas Muslim di dunia.

Macron memberikan penghormatan kepada Paty sebagai "pahlawan yang pendiam" dan "wajah Republik." Sejumlah negara Muslim mengumumkan boikot produk Prancis, dengan beberapa demonstran turun ke jalan untuk membakar patung, gambar, dan simbol-simbol yang mewakili Macron.

Media Prancis melaporkan diskusi yang dilakukan Paty dalam kelas memicu keluhan dari orang tua beberapa siswa. Bahkan seorang ayah dari seorang siswi menyerukan "mobilisasi" melawan Paty.

Prancis telah menyaksikan serangkaian serangan kekerasan yang dilakukan oleh militan Islam dalam beberapa tahun terakhir. Prancis memiliki populasi Muslim terbesar di Eropa Barat, dengan sekitar lima juta penganut Islam.

Kepala Muslim Chechnya, Ramzan Kadyrov mengutuk serangan itu. Tetapi ia mendesak orang-orang untuk tidak memprovokasi umat atau melukai perasaan umat agama mereka.

"Sementara itu, temukan kekuatan untuk mengakui bahwa Muslim memiliki hak untuk beragama, dan tidak ada yang akan mengambilnya!" kata Kadyrov.