JAKARTA - Wahana antariksa Chang'e-5 milik China berhasil membawa material baru dari bebatuan Bulan ke Bumi. Melalui kapsul antariksa, China mengirimkan sedimen dan bebatuan yang diambi dari Bulan.
Kapsul antariksa itu mendarat di Mongolia, pada Kamis 17 Desember dini hari. Bagi China, sampel-sampel tersebut menjadi bukti negaranya dapat melakukan penelitian geologi secara mandiri, sejak misi terakhir dari Apollo AS dan Luna Uni Soviet 40 tahun lalu.
China telah menggelontorkan miliaran dolar untuk program luar angkasanya. Bagi China, misi luar angkasa Chang'e-5 yang sukses dipandang sebagai demonstrasi lain akan kemampuan negara itu di luar angkasa yang terus meningkat.
Wahana antariksa Chang'e-5 sendiri masih bertugas untuk melakukan pemotretan dan mengeksplorasi Bulan. Termasuk memetakan kondisi di bawah permukaan Bulan untuk mengetahui kandungan mineral dan air.
BACA JUGA:
Tentunya China tak akan melewatkan sample baru dari material Bulan. Mereka langung melakukan penelitian untuk mencari tahu sejarah terbentuknya Tata Surya, dengan mengkalibrasi "kronometer" yang ada di permukaan Bumi.
Mengingat sampel yang dibawa ke Bumi merupakan material yang sangat tua dan diperkirakan lebih dari tiga miliar tahun. Para ilmuwan juga berharap sampel tersebut akan membantu mereka mempelajari tentang asal-usul Bulan, bagaimana terjadinya pembentukan, dan berbagai aktivitas vulkanik di permukaannya.
Laman Jurnal sains Nature memaparkan bahwa misi Chang'e-5 dilakukan di area Bulan yang dikenal sebagai Oceanus Procellarum atau Ocean of Storms. Itu merupakan dataran lava luas yang belum pernah dijelajahi sebelumnya oleh manusia.
Kebanggan Presiden China, Xi Jinping
Dengan keberhasilan misi luar angkasa ini, berbagai pujian datang kepada China dari masyarakat hingga ilmuwan, bahkan sang Presiden Xi Jinping juga dengan bangga mengucapkan selamat atas keberhasilan misi luar angkasa Chang’e 5 tersebut.
“Sebagai proyek luar angkasa paling rumit di China, misi Chang'e 5 menandai langkah besar industri luar angkasa China dan akan berkontribusi memperdalam pemahaman tentang asal mula bulan dan sejarah evolusi tata surya," ungkap Xi Jinping seperti dikutip dari South China Morning Post.
Xi Jinping mengungkapkan, eksplorasi luar angkasa tidak mengenal batas dan menyerukan eksplorasi antarplanet baru untuk mengubah China menjadi kekuatan utama di luar angkasa.
Ia berharap penelitian itu juga mewujudkan penggunaan ruang angkasa untuk tujuan damai. Misi kelima program penjelajahan Bulan ini diluncurkan dari Situs Peluncuran Pesawat Luar Angkasa Wenchang di pulau selatan Hainan pada 24 November 2020 lalu.
2 of 5: Chang’e 5: China says it will share its lunar samples with global scientific community https://t.co/2Jq95rVsHM
— SCMP News (@SCMPNews) December 17, 2020
Misi China Selanjutnya
Sama halnya dengan NASA, usai berhasil membawa batuan dan tanah Bulan kembali ke Bumi, China juga akan membuat stasiun luar angkasa berawak pada 2022 mendatang di Bulan. Setelah itu, mereka akan mengirim manusia ke Bulan untuk eksplorasi lebih lanjut.
Sebelumnya diketahui, China juga telah membawa tiga kendaraan luar angkasa Misi Tianwen-1 China ke Mars pada Juli lalu. Tiga kendaraan tersebut yakni sebuah orbiter, lander, dan rover. Pesawat antariksa tersebut mengorbit di Mars sebelum mendaratkan rover di permukaan.
Berbeda dengan Arab, misi China ke Mars guna melayangkan satelit orbiter di atmosfer Mars serta mendaratkan lander dan rover di daratan. Misi Tianwen-1 merupakan misi pertama China ke Mars.
Misi yang memiliki arti "Pencarian untuk Kebenaran Surgawi" ini diambil dari puisi klasik China yang mempertanyakan soal alam semesta. Tak lain, misi ini bertujuan untuk mengumpulkan data soal tanah, struktur geologis, atmosfer, dan tanda-tanda adanya air di Mars.