Bagikan:

JAKARTA - Jagat Twitter diramaikan dengan perbincangan tentang vaksin COVID-19 buatan Sinovac. Akun @EnggalPMT membagikan gambar yang menampilkan kemasan Sinovac berwarna putih strip oranye bertuliskan "Only for Clinical Trial".

Dalam kicauan itu @EnggalPMT mempertanyakan, bagaimana mungkin pemerintah memaksakan vaksinasi warganya menggunakan vaksin yang seharusnya hanya untuk ujicoba klinis.

Kicauan @EnggalPMT itu viral, dengan aktivitas Retweet 1,053 kali. Tidak sedikit warganet yang juga mempertanyakan mengapa pemerintah memberikan vaksin ujiklinis ini kepada masyarakat.

"Mungkinkah karena terlanjur kebeli takut rugi? AKU TANYA LOH... GA NUDUH MACEM2," tulis @HasmiSahar.

"Waduh... Jadi TIKUS PERCOBAAN dong... Hmmm...," @sonny140774.

"Alhamdulillah ada juga yang mau bahas ini . Aku dah geleng-geleng baca keterangan di-box-nya dari kemaren," @WongKit78352356.

"Ini tuh sebenernya gmn sih, jujur sbg masyarakat kurang sx info terutama terkait apakah nanti ada efek sampingnya gimana. Krn yg digembor"kan bgt mencegah & menyembuhkan yg kena COVID-19. Sy khususnya takut ga mw jd kelinci percobaan, jujur takut & ngeri," @riewayne29 menyatakan kekhawatiran soal apa yang dilihatnya.

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) telah mengklarifikasi hal ini. Dihubungi lewat pesan teks, Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kemenkes Siti Nadia Tarmizi menegaskan gambar yang viral di media sosial keliru. Katanya vaksin COVID-19 yang akan beredar dan disuntikkan masyarakat tak berbentuk seperti itu.

"Yang aku tahu vaksin yang akan digunakan tidak seperti itu kemasannya, ya. (Kemasannya) sudah bentuk vial, ya," katanya kepada VOI, Sabtu, 2 Januari.

Nadia juga mengklarifikasi tulisan "clinical trial" dalam gambar yang viral. "Dan tidak ada 'clinical trial' ... Itu untuk uji klinis tahap 3 kemarin."

Tentang vaksin Sinovac

Vaksin Sinovac adalah vaksin yang diproduksi oleh perusahaan farmasi asal China. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) tengah melakukan pengawasan dan penelitian lebih lanjut mengenai vaksin ini di PT Bio Farma, Bandung.

Konon, data yang dihasilkan menunjukkan tanda baik dari segi khasiat. Selain Indonesia, vaksin Sinovac juga tengah diuji klinis di Brasil, Turki, dan Chile.

"Sampai saat ini, data-data menunjukkan hasil yang baik sehingga ini terus meningkatkan rasa percaya diri kami sebagai evaluator sehingga hasilnya akan jadi baik," kata Kepala BPOM Penny K Lukito, ditulis Tempo.co, Kamis, 31 Desember 2020.

Berikut empat informasi mengenai vaksin Sinovac yang kami himpun dari berbagai sumber.

1. Persetujuan keluar 1-2 minggu

Dalam keterangan terakhir soal vaksin Sinovac, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan persetujuan dapat keluar dalam waktu satu hingga dua minggu. "Saya merasa bahwa tahap pertama untuk penyediaan dan persetujuan vaksin (Sinovac) bisa diselesaikan dalam 1-2 minggu lagi," kata Budi.

Setelah persetujuan, otoritas, termasuk Kementerian Kesehatan dapat memulai distribusi ke seluruh Indonesia. Distribusi akan dilakukan dalam waktu cepat dan singkat, kata Budi. Ia melanjutkan proses vaksinasi akan diprioritaskan untuk tenaga kesehatan dan pekerja publik.

"Yang paling kompleks nantinya adalah tahap terakhir bagaimana kita bisa suntikkan vaksin ini di seluruh titik layanan bagi seluruh rakyat," kata dia.

Kata Budi, proses tahap akhir itu tak mungkin hanya mengandalkan Kementerian Kesehatan. Seluruh pemangku kepentingan wajib bekerja sama agar program vaksinasi nasional dapat menjadi gerakan massal di seluruh Indonesia.

2. Indonesia datangkan total 3 juta dosis

Indonesia telah mendatangkan sekitar tiga juta dosis vaksin. Di kloter pertama, vaksin didatangkan dalam jumlah 1,2 juta dosis. Kloter selanjutnya baru datang akhir tahun lalu, Kamis, 31 Desember 2020.

Dosis dalam kloter kedua itu datang dalam jumlah 1,8 juta. Seluruh vaksin itu kini tengah diuji klinis oleh BPOM. "Dengan ketibaan ini, maka sudah 3 juta vaksin Sinovac berada di Indonesia," kata Menteri Luar Negeri Retno Marsudi.

3. Uji klinis di negara lain

Dalam proses uji klinis vaksin Sinovac, Indonesia berbagi data dengan Brasil dan Turki. Dua negara itu telah memberikan data hasil uji klinis yang menunjukkan hasil baik.

Kepala BPOM Penny K Lukito menjelaskan dari hasil komunikasi, data hasil uji klinis di Brasil dan Turki menunjukkan hasil baik yang secara konsisten dicatatkan. Hasil-hasil baik itu katanya cocok dengan pengujian yang dilakukan di laboratorium PT Bio Farma di Bandung.

"Sampai saat ini, data-data menunjukkan hasil yang baik sehingga ini terus meningkatkan rasa percaya diri kami sebagai evaluator sehingga hasilnya akan jadi baik," kata Penny.

4. Tak ada efek samping

Lebih lanjut Penny mengklaim tak ada laporan efek samping. Data-data yang ditunjukkan Brasil, Turki, ataupun dari Bandung menunjukkan efektivitas vaksin dalam melawan COVID-19.

"Hasil-hasil data sementara uji klinis dari hasil pengamatan setelah Pennyuntikan kedua yang sudah selesai dan pengamatan selama 1, 3, dan 6 bulan, bertahap sudah diberikan," kata Penny.

BPOM, kata Penny juga sudah melakukan evaluasi agar izin penggunaan darurat (Emergency Use of Authorization) untuk vaksin tersebut bisa dikeluarkan dengan cepat.

"Sudah menunjukkan data-data yang baik dikaitkan dengan aspek keamanan dan sudah dilaporkan bahwa tidak ada efek samping yang serius sehingga menunjukkan aspek keamanan yang konsisten dengan hasil saat fase 1 dan 2," ujar dia.