Bagikan:

JAKARTA - Linimasa Twitter ramai dengan perbincangan soal vaksin COVID-19 Sinovac. Keramaian itu menunjukkan skeptisme publik tentang program vaksinasi nasional.  Kami mengonfirmasi perihal ini kepada Kementerian Kesehatan (Kemenkes).

Dihubungi lewat pesan teks, Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kemenkes Siti Nadia Tarmizi menegaskan gambar yang viral di media sosial keliru. Katanya vaksin COVID-19 yang akan beredar dan disuntikkan masyarakat tak berbentuk seperti itu.

"Yang aku tahu vaksin yang akan digunakan tidak seperti itu kemasannya, ya. (Kemasannya) sudah bentuk vial, ya," katanya kepada VOI, Sabtu, 2 Januari.

Nadia juga mengklarifikasi tulisan "clinical trial" dalam gambar yang viral. "Dan tidak ada 'clinical trial' ... Itu untuk uji klinis tahap 3 kemarin."

Viral Sinovac "Clinical Trial"

Konten viral itu diunggah oleh warganet berakun @EnggalPMT. Ia membagikan gambar yang menampilkan kemasan Sinovac berwarna putih strip oranye bertuliskan "Only for Clinical Trial".

Dalam kicauan itu @EnggalPMT mempertanyakan, bagaimana mungkin pemerintah memaksakan vaksinasi warganya menggunakan vaksin yang seharusnya hanya untuk ujicoba klinis.

Kicauan @EnggalPMT itu viral, dengan aktivitas Retweet 1,053 kali. Tidak sedikit warganet yang juga mempertanyakan mengapa pemerintah memberikan vaksin ujiklinis ini kepada masyarakat.

"Mungkinkah karena terlanjur kebeli takut rugi? AKU TANYA LOH... GA NUDUH MACEM2," tulis @HasmiSahar.

"Waduh... Jadi TIKUS PERCOBAAN dong... Hmmm...," @sonny140774.

"Alhamdulillah ada juga yang mau bahas ini . Aku dah geleng-geleng baca keterangan di-box nya dari kemaren," @WongKit78352356.

"Ini tuh sebenernya gmn sih, jujur sbg masyarakat kurang sx info terutama terkait apakah nanti ada efek sampingnya gimana. Krn yg digembor"kan bgt mencegah & menyembuhkan yg kena COVID-19. Sy khususnya takut ga mw jd kelinci percobaan, jujur takut & ngeri," @riewayne29 menyatakan kekhawatiran soal apa yang dilihatnya.

Ketakutan masyarakat

Kicauan @EnggalPMT, termasuk respons warganet terhadap kicauan itu menunjukkan kekhawatiran masyarakat soal vaksinasi COVID-19. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dituntut memberi penjelasan jika ingin progres vaksinasi nasional berjalan lancar.

Terkait minat vaksinasi, akun Twitter @dokterimun_id memberi gambaran soal bagaimana respons masyarakat Indonesia terhadap vaksinasi. Ia mengutip data hasil studi World Health Organization (WHO).

Survei September 2020 lalu menunjukkan sebanyak 64,6 persen masyarakat telah setuju untuk disuntik vaksin. Sisanya, 27,6 persen masih ragu. Survei tersebut melibatkan sekira 115 ribu orang.

"Vaksin Covid-19 sudah ada. Persiapan telah diusahakan oleh pemerintahan pak @jokowi. Namun bagaimana kesiapan masyarakat kita? Studi oleh WHO, thd 115rb masyarakat Indonesia pada September 2020, menunjukkan sebagian besar bersedia divaksin (64,8%), namun 27,6% masih ragu," tulis @dokterimun_id.

@dokterimune_id menambahkan sebagian besar keraguan dan penolakan muncul akibat pertanyaan masalah keamanan, efektivitas dan efek samping vaksin. Tidak hanya itu, persoalan harga juga termasuk ke dalam perdebatan.

Dokter bernama asli Stevent Sumantri ini mendorong edukasi luas untuk membangun kepercayaan masyarakat terhadap vaksin. Meski begitu, sejumlah netizen merespons kicauan Stevent dengan meminta keterangan sejelas-jelasnya dari otoritas.

"Tunggu yang berwenang menyatakan bahwa vaksin aman dan efektif," kata @leonidz78.

Netizen lain, @Bonarpss tak ambil pusing. Ia mengatakan: Yang gak mau jgn dipaksa.... Yang mau saja.. Nggak ada lagi tenaga nakes buat jelasin ke yg tidak mau... Silahkan... Gpp... Kasi ke yg mau. Beres.