Bagikan:

JAKARTA - Perdebatan mengenai apakah merebahkan kursi saat melakukan perjalanan dengan kereta di Provinsi Hunan, China, berubah setelah seorang pria didenda.

Dokumen pengadilan yang dirilis pada November memperlihatkan para pejabat mengambil pandangan redup tentang insiden Maret 2022, di mana seorang mahasiswa, yang diidentifikasi hanya dengan nama belakangnya, Wang, laptopnya rusak saat berada di kereta ke Kota Wuhan.

Wang tengah menggunakan komputer yang baru dibelinya di atas meja kursi belakang yang dapat dilipat, ketika pria yang duduk di depannya bernama Liu, langsung merebahkan kursinya mengenai laptop Wang, menyebabkan layarnya pecah, melansir CNN 7 Desember.

Setelah memperbaiki laptopnya, Wang kemudian menuntut Liu sebesar 685 dolar AS untuk menutupi biaya perbaikan, kemudian menuju kantor polisi untuk melaporkan kejadian tersebut.

Pengadilan Rakyat di Kabupaten Xiangyin, Hunan memutuskan kedua belah pihak ikut bertanggung jawab atas apa yang terjadi, dengan Liu 70 persen bersalah, karena dia merebahkan kursinya dan Wang 30 persen disalahkan karena dia seharusnya lebih berhati-hati.

Akibatnya, Liu diperintahkan untuk membayar 478,15 dolar AS atau sekitar Rp7.458.234, sesuai dengan keputusan pengadilan atau 70 persen dari jumlah yang dituntut Wang.

Dalam keputusannya, pengadilan menunjukkan pemberitahuan dipasang di kereta, mengingatkan orang untuk memeriksa penumpang di belakang mereka sebelum merebahkan kursi.

Meskipun kasus ini tampaknya merupakan insiden yang terisolasi, diskusi seputar etiket berbaring di kursi telah lama diperdebatkan. Dan, hingga saat ini, sebagian besar terbatas pada pesawat terbang.

Tetapi, dengan lebih banyak maskapai penerbangan yang menghilangkan penerbangan jarak pendek dan mendorong para pelancong untuk membuat pilihan yang lebih ramah lingkungan dengan kereta api, lebih banyak konflik gaya maskapai tentang perilaku transportasi dapat terjadi di atas rel.