Moeldoko: Skill Meningkat dan Ekonomi Terangkat Usai Mengikuti Program Kartu Prakerja
Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko (dok. Kantor Staf Presiden)

Bagikan:

JAKARTA - Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko bertemu dengan sebelas alumni peserta Kartu Prakerja. Moeldoko mendengarkan cerita sukses mereka setelah mendapatkan bantuan modal dari Kartu Prakerja untuk bertahan di tengah pandemi. 

"Menjadi penerima Program Kartu Prakerja Gelombang II, saya mendapat banyak manfaat dan ilmu, seperti untung rugi membangun bisnis, dasar-dasar berbisnis, dan masih banyak lagi," kata I Putu Agus Sanjaya Diputra dalam siaran pers Kantor Staf Presiden yang diterima VOI, Kamis, 17 Desember.  

Di mana sebelumnya, Putu Agus bekerja sebagai pegawai di sebuah kantor agen pariwisata, harus dirumahkan sejak Maret hingga akhirnya terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) pada Juli 2020. 

Hal senada juga disampaikan Putri Dewi yang berhasil mengembangkan minat dan bakatnya dengan mengambil kelas ‘Menjadi jurnalis professional’ serta ‘Mahir editing video’. Di mana sebelumnya ia bekerja sebagai petugas Master Control Room (MRC) di suatu stasiun televisi di Ternate. 

“Pelatihan-pelatihan yang saya ambil sangat membantu saya meningkatkan keterampilan karena saya seringkali juga diminta menjadi cameraperson atau program director dalam liputan di lapangan,” papar Putri.

Lain lagi dengan Feisal Pratama Mandala. Lulusan sarjana psikologi asal Bandung itu harus berhenti bekerja sebagai tenaga penguji pada sebuah biro konsultan karena pandemi. 

Pada Program Kartu Prakerja, dirinya mengambil pelatihan ‘Keterampilan coaching’ yang sesuai dengan bidang pekerjaannya serta ‘Panduan pola hidup sehat untuk praktisi kebugaran’ yang menurutnya sangat dibutuhkan orang dalam meningkatkan daya tahan tubuh maupun kesehatan jiwa.

Mendengar cerita sukses para penerima Kartu Prakerja tersebut, Moeldoko pun mengapresiasi tingkat keberhasilan program yang baru berjalan sembian bulan ini. Terlebih, Moeldoko menyadari, program Kartu Prakerja bukan hal yang mudah dilaksanakan, terutama dalam waktu yang singkat dan di tengah pandemi Covid-19. 

“Namun karena hasilnya membanggakan, saya harap program ini bisa berlanjut dan terus menghasilkan tingkat kepuasan yang lebih dari para penerimanya,” ungkap Moeldoko.

Moeldoko juga berharap, cerita dari para alumni program Kartu Prakerja dapat menginspirasi anak-anak muda lain untuk tetap semangat berkarya di tengah pandemi Covid-19. Dia juga menyampaikan, program Kartu Prakerja adalah peluang yang diberikan Pemerintah yang bisa mengubah kehidupan masyarakat untuk keluar dari jurang kemiskinan.

 “Jadi, manfaatkan peluang ini. Jangan hanya mengeluh, sepanjang punya semangat, maka semangat itu bagian dari perjuangan,” terang Moeldoko.

Pada kesempatan yang sama, Direktur Eksekutif Manajemen Pelaksana Kartu Prakerja Denni Puspa Purbasari memaparkan, Kartu Prakerja menjadi program yang inklusif karena berhasil merangkul berbagai kalangan.

Denni merinci, penerima Kartu Prakerja terdiri dari perempuan (44 persen), berusia di atas 55 tahun (4 persen), berpendidikan SD-SMP (19 persen), pengangguran (89 persen), pekerja informal (79 persen dari yang bekerja), belum pernah mengambil pelatihan/kursus (84 persen), daerah terdepan-terluar-tertinggal (Nias, Mentawai, Sabu Rijua, Aru, Tojo Una-una, Taliabu, Tambrau, Lanny Jaya dll), mantan Pekerja Migran Indonesia (1,8 persen), belum terlayani oleh jasa keuangan formal (17 persen), serta penyandang disabilitas (5,1 persen).

Sepanjang periode April-November 2020, tercatat lebih dari 43 juta orang pendaftar Kartu Prakerja yang berasal dari 514 Kabupaten/Kota dari 34 provinsi.

“Data-data ini menunjukkan bahwa program Kartu Prakerja menjangkau semua lapisan masyarakat, termasuk mereka yang selama ini belum memperoleh akses untuk mendapatkan pelatihan atau meningkatkan keterampilan. Lebih dari 1.600 pelatihan yang disediakan oleh 150 lembaga pelatihan di 7 platform digital dapat dengan mudah diakses oleh peserta dari Aceh hingga Papua. Materi yang diterima pun sama, tidak ada perbedaan,” papar Denni.