Santri 6 Tahun di Batang Jateng jadi Korban Pencabulan Guru Mengaji, Bermula Saat Orang Tua Lihat Darah di Alat Vital
Kepala Polres Batang AKBP Mohamad Irwan Susanto (tengah) didampingi Wakapolres Kompol Gali Atmaja (kiri) dan Kasatreskrim AKP Yorisa Ptabowo (baju putih)/ANTARA

Bagikan:

BATANG - Kepolisian Resor Batang, Jawa Tengah, berhasil mengungkap kasus pencabulan oleh seorang oknum guru mengaji berinisial RM (55), warga Desa Keputon terhadap santrinya yang masih berusia di bawah umur.

Kapolres Batang AKBP Mohamad Irwan Susanto mengatakan, kasus itu terungkap berawal dari laporan orang tua korban yang merasa curiga melihat bagian alat vital anaknya mengeluarkan darah.

"Berdasar laporan, orang tua korban melihat di bagian alat vital korban mengeluarkan darah saat akan dimandikan. Oleh karena itu, orang tua korban kemudian melaporkan kasus itu ke Polsek Blado," katanya saat rilis kasus di Batang, Antara, Senin, 5 Desember. 

Polisi yang menerima laporan tersebut kemudian melakukan penyelidikan sekaligus menangkap tersangka di rumahnya. Tersangka melakukan pencabulan terhadap santrinya yang berusia 6 tahun dengan menjanjikan memberikan jajan. 

Tersangka telah melakukan aksi pencabulan itu sebanyak dua kali, yaitu pada September 2022 dan November 2022 saat korban belajar mengaji ke rumah pelaku.

Untuk mendukung penyelidikan, pihaknya telah melakukan visum terhadap korban dengan hasil bagian alat vitalnya mengalami kerusakan.

Kapolres mengatakan bahwa pihaknya saat ini masih melakukan penyelidikan lebih lanjut apakah masih ada korban lainnya dari tindak kejahatan oleh tersangka itu.

"Kami belum bisa memastikan apakah masih ada korban lainnya karena jumlah santri tersangka ada 10 orang. Selain itu, tersangka juga menjabat sebagai kepala Tempat Pendidikan Alquran (TPQ)," katanya.

Korban kini mendapat pendampingan dari Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kabupaten Batang dan berkoordinasi dengan Polda Jateng.

Tersangka akan dikenai Pasal 81 dan Pasal 82 Undang-Undang Perlindungan Anak dengan ancaman pidana maksimal 15 tahun penjara.

"Tersangka sudah ditahan oleh penyidik untuk penyidikan lebih lanjut," ujarnya.

Ia mengimbau kepada warga jika ada yang menjadi korban untuk segera melapor dan pihaknya akan melindungi identitas yang bersangkutan.