Bagikan:

JAKARTA - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memaparkan empat faktor utama penyebab kerusakan bangunan akibat guncangan gempa bumi di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan keempat faktor itu perlu ditekankan karena informasi itu sangat penting dalam proses pembangunan atau rekonstruksi kembali di wilayah-wilayah terdampak gempa bumi tersebut.

"Kenapa gempa itu sangat merusak? Karena dikontrol oleh faktor kedalaman pusat gempa yang dangkal sekitar 11 kilo meter. Bahkan gempa-gempa susulan ada yang hanya lima kilo meter," ujarnya dalam konferensi pers di Jakarta dilansir ANTARA, Jumat, 2 Desember.

Dwikorita menjelaskan faktor kedua penyebab kerusakan bangunan akibat lokasi pemukiman berada pada tanah lunak atau tanah lepas. Kondisi itu menyebabkan efek amplikasi yang artinya apabila gelombang gempa merambat pada tanah tersebut akan mengalami penguatan.

Kemudian, faktor ketiga akibat pengaruh topografi karena banyak bangunan berada di tepi lereng atau lembah yang mengakibatkan peningkatan intensitas guncangan dan kerusakan.

Selanjutnya, faktor terakhir akibat struktur bangunan yang tidak memenuhi standar aman gempa.

Berdasarkan hasil pemantauan lapangan yang dilakukan oleh BMKG, banyak rumah tembok tanpa besi, struktur kolom dan balok bangunan lemah, serta struktur kolom dan balok bangunan tetapi dinding tembok lemah.

"Jadi, ada empat faktor sebetulnya yaitu kedalaman, kondisi tanah, kondisi topografi, dan kondisi struktur," kata Dwikorita.

BMKG merekomendasikan agar masyarakat menghindari kawasan seismik aktif gempa susulan. Zona bahaya itu merupakan zona tanah lunak yang mayoritas bangunan mengalami kerusakan berat.