Giring Dukungan ke Sosok Capres, Jokowi Disentil Demokrat: SBY Mampu Posisikan Diri di Waktu yang Tepat
Presiden Joko Widodo (Jokowi). (dok Setkab)

Bagikan:

JAKARTA - Partai Demokrat mengkritik pernyataan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang menggiring relawannya untuk memilih calon pemimpin yang akan berlaga di Pilpres 2024.

"Tidak etis bagi Presiden Jokowi untuk melakukan endorse terhadap calon penggantinya. Walaupun dilakukan secara simbolik atau tersirat," ujar Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) DPP Partai Demokrat Irwan, Senin, 28 November.

Menurut Irwan, sikap Jokowi yang melakukan endorse terhadap calon pemimpin yang akan meneruskan kerjanya memimpin negara berbanding terbalik dengan sikap Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di akhir masa jabatan.

"Pada masa itu (SBY) bersikap netral, sikap Presiden SBY adalah negarawan, mampu memposisikan diri di waktu yang tepat dengan tetap menjaga etika politik," ujarnya.

Irwan menilai sebaiknya Jokowi membebaskan masyarakat untuk memilih pemimpinnya sendiri. Di mana mereka meyakini, presiden yang baru bisa mewakili keresahannya tanpa perlu dipengaruhi oleh segelintir kepentingan elite.

"Bebaskan masyarakat menentukan pilihan politiknya. Itu adalah esensi dari demokrasi yang sehat dan substansial," tegas Irwan.

Seharusnya, tambah Irwan, Jokowi sebagai presiden bisa lebih menjaga demokrasi agar berjalan secara sehat, bukan sekadar prosedural tetapi juga substansial.

Menurutnya, menyampaikan isyarat atau kode-kode dukungan pada kandidat capres bukan hal yang semestinya dilakukan oleh pemimpin sekelas presiden. Sebab, kata Irwan, dapat menurunkan wibawanya sebagai Kepala Negara.

"Melakukan kode-kode semacam endorse yang dilakukan oleh selevel Presiden RI kepada kandidat bakal Capres 2024 bukanlah cerminan dari demokrasi yang sehat," kata.

"Ibarat pribahasa, 'menepuk air di dulang, terpercik muka sendiri', tingkah Presiden Jokowi menjatuhkan wibawa dan martabat seorang Kepala Negara," lanjut Irwan.

Sebelumnya, Presiden Jokowi mengingatkan para relawan agar memilih pemimpin yang bisa merasakan apa yang dirasakan. Dia berpesan agar memilih pemimpin yang menjaga keberlanjutan pembangunan yang sudah on the track.

"Saya titip hati-hati, pilih pemimpin hati, pilih pemimpin yang ngerti apa yang dirasakan oleh rakyat. Pilih nanti di 2024, pemimpin yang ngerti tentang apa yang dirasakan oleh rakyat, setuju? Juga pilih pemimpin, pilih pemimpin yang tau, yang tau apa yang diinginkan oleh rakyat," ujar Jokowi di acara Nusantara Bersatu, Jakarta, Sabtu, 26 November.

Jokowi lantas menyebut ciri-ciri yang bisa terlihat dari pemimpin yang memikirkan rakyatnya tersebut. Diantaranya, punya kerutan di wajah dan rambutnya sampai memutih.

"Perlu saya sampaikan, perlu saya sampaikan, pemimpin, pemimpin yang mikirin rakyat itu kelihatan, dari mukanya tuh keliatan, dari penampilannya itu keliatan, banyak kerutan di wajahnya, karena mikirin rakyat. Ada juga yang mikirin rakyat sampe rambutnya putih semua, ada. Ada itu," kata Jokowi.

Bahkan Jokowi sampai dua kali menyebut pemimpin yang memikirkan rakyat wajahnya berkerut dan rambutnya memutih.

"Saya ulang. Jadi pemimpin yang mikirin rakyat itu keliatan dari penampilannya dari kerutan di wajahnya. Kalau wajahnya cling, bersih, tidak ada kerutan di wajahnya, hati hati. Lihat juga, liat rambutnya, wah kalau rambutnya putih semuanya, ini mikir rakyat ini," ujar Jokowi.