Menlu Lavrov Sebut Barat Coba Politisasi Deklarasi Bersama KTT G20, Kremlin: Suara Rusia Didengar
Menlu Rusia Sergei Lavrov saat menghadiri KTT G20 di Bali. (Twitter/@mfa_russia)

Bagikan:

JAKARTA - Kremlin menyebut suara Rusia didengar dalam gelaran KTT G20 di Bali, sementara Menteri Luar Negeri Moskow menyebut Barat mencoba mempolitisasi deklarasi bersama KTT, Hari Selasa.

Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov menyebut, suara Rusia didengar di KTT Kelompok Dua Puluh, dengan Menteri Luar Negeri Sergei Lavrov telah mengadakan banyak pertemuan bilateral, dengan cepat menanggapi setiap kritik terhadap Rusia.

"Rusia diwakili oleh menteri luar negeri kami. Suara Rusia didengar. Lavrov telah mengadakan banyak pertemuan bilateral di sana. Jadi, Rusia diwakili pada tingkat yang sesuai," katanya, melansir TASS 15 November.

Mengomentari laporan bahwa beberapa negara peserta menyuarakan kritik sehubungan dengan Rusia, juru bicara Kremlin mencatat, "Menteri kami dengan cepat menanggapi kritik tersebut dan para ahli kami menyatakan ketidaksetujuan dengan kritik ini saat mengerjakan dokumen," terangnya.

Menurut Peskov, Menlu Lavrov menyampaikan pandangan Presiden Vladimir Putin yang memutuskan tidak menghadiri KTT tersebut.

"Kebijakan luar negeri negara ditentukan oleh presiden," tegasnya.

sergei lavrov
Menlu Rusia Sergei Lavrov saat menghadiri KTT G20 di Bali. (Twitter/@mfa_russia)

Di Bali, Menlu Lavrov menyebut draf deklarasi akhir KTT G20 mencakup penilaian Rusia dan Barat mengenai krisis Ukraina.

"Barat menambahkan frasa bahwa 'banyak delegasi mengutuk Rusia', kami memastikan bahwa pandangan alternatif diuraikan juga, kami yakin ini cukup," katanya.

Diplomat top itu mengatakan, Barat berusaha mempolitisasi dokumen akhir, dengan mencari kecaman atas tindakan Rusia dalam krisis Ukraina atas nama seluruh G20, menambahkan pengerjaan deklarasi hampir selesai.

"Rekan-rekan Barat kami telah mencoba dengan segala cara yang mungkin untuk mempolitisasi deklarasi ini, mencoba menyelinap dengan kata-kata yang menyiratkan kecaman atas tindakan Rusia atas nama seluruh G20," terangnya.

Menurut Lavrov, pihak Rusia, pada gilirannya, mengusulkan untuk merefleksikan dalam dokumen tersebut berbagai posisi di Ukraina. Alhasil, menurutnya, draf deklarasi tersebut berisi pandangan tentang krisis baik dari Moskow maupun Barat.

"Mari kita lakukan ini dengan cara yang adil dan mari kita perjelas bahwa, dalam topik ini, kita memiliki perbedaan," kata Lavrov, mengutip Reuters.

"Ya, ada perang yang terjadi di Ukraina, perang hibrida yang telah dilancarkan dan dipersiapkan oleh Barat selama bertahun-tahun," tandasnya.