Bagikan:

SURABAYA - Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto, akhirnya angkat bicara terkait pernyataan Presiden Joko Widodo yang menyebut Prabowo Subianto sebagai calon Presiden. Hasto menilai pernyataan Jokowi sebatas memuji, sebagai bentuk komunikasi politik.

"Saya kira itu sebatas pujian, hal biasa dan gak usah dibesar-besarkan," kata Hasto di Surabaya, Rabu, 9 November.

Hasto mengaku, pada saat itu dirinya juga hadir di acara Partai Perindo. Saat itu Jokowi ditanya mengenai resep menang Pilres sampai dua kali. Jokowi pun menjawab dia menang Pilpres dua kali dan sekarang jatahnya Prabowo Subianto. 

"Kalau kami lihat di dalam komunikasi pemimpin, semua pemimpin, sebelumnya Pak Jokowi menegaskan pentingnya di antara partai untuk saling memuji, kami membangun harapan jangan sampai kontestasi politik ini justru memiliki dampak negatif," ujarnya.

Hasto menegaskan, PDIP harus meningkatkan kualitas demokrasi, termasuk pernyataan Jokowi kepada Prabowo. Hasto menyebut itu bagian untuk saling memuji pemimpin. "Akan tetapi, semua kan tahu kalau pemimpin itu presiden bukan jatah menjatah, itu melalui proses pemilu yang dilakukan oleh Pak Jokowi," katanya. 

Hasto tak banyak komentar saat dicecar pertanyaan seputar Pilpres 2024. Dia hanya menyampaikan kekaguman arsitektur bangunan kuno Rumah Padat Karya "Viaduct". Dia sangat kagum dengan bangunan kuno yang terawat, karena memberikan kesan istimewa. 

"Saya kira ini luar biasa, bagaimana sebuah aset pemerintah kota didedikasikan untuk membuka lapangan kerja bagi rakyat. Ini merupakan respons kebijakan yang baik untuk mempercepat pemulihan ekonomi, sebuah langkah tepat saat kita ke depan dibayangi ketidakpastian ekonomi global," ujarnya. 

Menurutnya, hal ini merupakan cerminan gotong royong kerakyatan yang mampu dikerjakan dengan baik di Surabaya yang berada dalam kepemimpinan PDI Perjuangan, di mana wali kota, wakil wali kota, dan ketua DPRD-nya adalah kader PDI Perjuangan.

"Coba bayangkan kalau semua daerah begini, punya konsep semacam ini, pasti luar biasa, bagaimana menciptakan nilai tambah sebagai mata rantai perekonomian rakyat. Apalagi yang mengelola rumah padat karya ini adalah warga tidak mampu. Saya dorong para kader PDI Perjuangan melakukan hal-hal konkrit dalam menciptakan lapangan kerja," katanya.