Bagikan:

JAKARTA - Seorang duta besar Piala Dunia Qatar mengatakan kepada penyiar televisi Jerman ZDF, homoseksualitas adalah "kerusakan dalam pikiran", ketika negara Teluk itu bersiap untuk menjadi tuan rumah turnamen global dalam waktu kurang dari dua minggu.

Dalam sebuah wawancara yang difilmkan di Doha dan akan diputar pada Hari Selasa, mantan pemain internasional Qatar Khalid Salman membahas masalah homoseksualitas, yang ilegal di negara itu.

Diketahui, beberapa pemain sepak bola telah menyuarakan keprihatinan atas hak-hak penggemar yang bepergian ke acara tersebut, terutama individu dan wanita LGBT+, yang menurut kelompok hak asasi manusia didiskriminasikan oleh Undang-Undang Qatar.

Sementara, Qatar mengharapkan lebih dari satu juta pengunjung selama gelaran Piala Dunia 2022 mendatang.

"Mereka harus menerima aturan kami di sini," kata Salman, dalam kutipan wawancara, melansir Reuters 8 November.

"(Homoseksualitas) itu haram. Tahukah kamu apa yang diharamkan (dilarang)?," ujarnya.

Ketika ditanya mengapa haram, Salman menjawab: "Saya bukan seorang Muslim yang ketat, tetapi mengapa itu haram? Karena merusak pikiran."

Wawancara kemudian langsung dihentikan oleh petugas pendamping. Penyelenggara Piala Dunia Qatar, ketika dihubungi oleh Reuters, menolak berkomentar.

Terpisah, badan sepak bola dunia FIFA tidak segera menanggapi permintaan komentar.

"Jelas komentar ini mengerikan," kata Menteri Dalam Negeri Jerman Nancy Faeser, yang mengunjungi Qatar seminggu lalu, pada Hari Selasa.

Faeser mengatakan dia telah menerima jaminan keamanan dari menteri dalam negeri dan perdana menteri setempat, bahwa ini berlaku untuk perlindungan penggemar homoseksual serta terhadap kemungkinan serangan rasis atau anti-Semit.

"Saya tidak memiliki indikasi baru dari dia (Menteri Dalam Negeri Qatar) sekarang, bahwa ada sesuatu yang harus berubah dalam hal ini," ujar Faeser kepada wartawan.

Sebelumnya, pihak penyelenggara telah berulang kali mengatakan semua orang diterima di Qatar selama Piala Dunia.

Qatar adalah negara Timur Tengah pertama yang menjadi tuan rumah Piala Dunia, berada di bawah tekanan kuat dalam beberapa tahun terakhir karena perlakuannya terhadap pekerja asing dan undang-undang sosial yang membatasi.

Catatan hak asasi manusia negara itu telah menyebabkan seruan bagi tim dan ofisial untuk memboikot turnamen yang digelar pada 20 November - 18 Desember mendatang.