Pengusaha Cenderung Tolak Pengaturan Jam Kerja di Jakarta
ILUSTRASI ANTARA

Bagikan:

JAKARTA - Rencana pengaturan jam kerja di Jakarta untuk mengurai kemacetan lalu lintas masih dibahas. Dinas Perhubungan DKI Jakarta telah menggelar focus group discussion (FGD) lanjutan untuk menampung masukan dari sejumlah pihak terkait rencana pembagian jam masuk kantor pada karyawan di Jakarta tersebut.

Wakil Ketua Dewan Pimpinan Provinsi Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) DKI Jakarta Nurjaman yang menjadi salah satu pemberi masukan kepada Dishub DKI mengatakan, kelompok pengusaha cenderung tidak setuju jika pengaturan jam kerja dterapkan saat ini.

"Soal siap atau tidak siap (terharap pengaturan jam kerja), kita akan lihat seperti apa. Tapi, masukan kita sih masih tidak (diterapkan sekarang)," kata Nurjaman kepada VOI, Rabu, 2 November.

Nurjaman melihat sejumlah masalah jika pengaturan jam masuk kantor diterapkan. Ia menguraikan, hal ini akan mengurangi produktivitas pekerja dan penambahan biaya beban puncak listrik di kantor yang cukup tinggi.

Sementara dari sisi pekerja, ada kekhawatiran terkait penyediaan transportasi umum, jaminan keselamatan, dan kesehatan.

Lagipula, lanjut Nurjaman, berdasarkan pengamatan para ahli, jika tujuan utama Pemprov DKI adalah untuk mengurai kemacetan yang selalu terjadi saat jam sibuk, maka yang harus diselesaikan terlebih dahulu adalah membenahi sumber kemacetan.

"Pembenahan bottle neck-nya (penyempitan jalur) terlebih dahulu," ujar dia.

Dalam hasil FGD Senin, 1 November, pakar transportasi mengidentifikasi kawasan Jakarta Pusat dan Jakarta Selatan menjadi pusat pergerakan masyarakat setiap harinya. Sebab, Jakarta Pusat dan Jakarta Selatan memiliki jumlah perkantoran yang lebih banyak dibanding daerah lainnya.

Saat adanya pergerakan menuju dan dari kantor, ada 7 simpul bottle neck yang menimbulkan kemacetan tinggi, yakni Cawang, Pancoran, Kuningan, Semanggi, Slipi, Tomang, dan Grogol.

Titik kemacetan pada 7 simpul yang menjadi pertemuan pergerakan kendaraan dari beberapa penjuru inilah yang perlu diurai terlebih dahulu.

"Jadi, dari hasil FGD kan bottle neck kemacetan hanya di wilayah selatan sama pusat sebagai penunjang kemacetan tertinggi. Itu loh, sekatnya dulu (diurai)," imbuhnya.