JAKARTA - Pemkot Jakarta Pusat melakukan pengecekan terhadap pasien pengidap gagal ginjal akut misterius. Dari hasil penelusuran, ditemukan sebanyak 3 anak di Jakarta Pusat diduga mengidap gagal ginjal akut dan satu diantaranya meninggal dunia.
"Di Jakpus suspek ada tiga kasus gagal ginjal akut," kata Wali Kota Jakarta Pusat, Dhany Sukma kepada wartawan, Kamis, 27 Oktober.
Sementara Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Pusat, Rismasari membenarkan, ada tiga kasus dan satu pasien meninggal dunia. Sedangkan dua lainnya ada yang memiliki penyakit ginjal bawaan dan satu lainnya karena infeksi.
"Satu kasus infeksi, yang satu lagi memang ada kelainan ginjal bawaan, jadi sejak lahir, dan satu lagi ini yang meninggal memang sudah ada pemeriksaan lebih lanjut. Saat ini obat juga sudah diperiksakan tapi hasilnya belum keluar," ujarnya.
Rismasari menyatakan, pihaknya telah melakukan pemeriksaan terikat penyebab meninggalnya satu pasien tersebut. Namun, Risma belum dapat menjelaskan lebih rinci lantaran masih menunggu hasil pemeriksaan.
"Kita belum bisa memastikan karena memang belum terbukti apakah obat yang dikonsumsi atau tidak. Saat ini masih dalam tahap pemeriksaan," katanya.
BACA JUGA:
Risma memastikan, sejauh ini temuan kasus gagal ginjal di Jakpus tidak mengalami peningkatan. Saat ini, Pemkot Jakpus terus melakukan sosialisasi kepada masyarakat.
"Saat ini Jakpus tidak ada peningkatan, masih tiga saja yang tercatat," ujarnya.
Sebelumnya diberitakan, seorang balita berinisial MK (4) warga Kelurahan Kartini, Sawah Besar, Jakarta Pusat, meninggal dunia. Kematian korban diduga setelah mengkonsumsi obat sirup parasetamol dari Puskemas Kecamatan Sawah Besar.
Saat ditemui di rumahnya, Amir Hamzah orang tua dari MK mengatakan, peristiwa tersebut berawal saat anaknya mengalami sakit demam. Kemudian anak tersebut dibawa ke Puskesmas Kecamatan Sawah Besar guna mendapat penanganan.
"Anak saya panasnya 39 derajat, terus saya bawa ke puskemas pada tanggal 14 Oktober 2022," ucap Amir kepada wartawan di rumahnya, Rabu, 26 Oktober.
Amir menjelaskan, dokter pun memberikan obat sirup parasetamol sebanyak 2 botol.
"Setiap 4 jam sekali putra kami disuruh minum obat tersebut. Pulang dari puskemas saya kasih obat tersebut, tapi anak saya tetap rewel dan nangis terus," katanya.
Amir menjelaskan, anaknya tiga hari menjalani pengobatan di rumah, namun kondisi anak tidak kunjung menunjukkan perubahan. Pada tanggal 16 Oktober 2022, Amir kembali membawa MK ke puskemas Kecamatan Sawah Besar.
"Pulang dari sana anak saya diberikan obat lagi antibiotik. Tanggal 17 Oktober 2022 anak saya masih sempat makan bubur," ucapnya.
Pada Tanggal 18 Oktober 2022 sekitar pukul 01.00 WIB dinihari, Amir membawa anaknya ke Rumah Sehat Umum Daerah (RSUD) Kecamatan Sawah Besar. Petugas sempat memberikan penanganan namun anak tersebut tidak tertolong.