Bagikan:

JAKARTA - Guru Besar Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Zulies Ikawati menyarankan masyarakat untuk memperbanyak minum air putih jika telanjur mengonsumsi obat yang mengandung zat Etilen Glikol (EG).

“Saya kira meminum air putih yang banyak mempercepat eliminasi pembuangan. Air itu nanti menggelontorkan dan juga mengencerkan sehingga kadar yang berbahaya menjadi berkurang sambil tetap dipantau apakah ada gejala,” ujarnya dalam diskusi “IDI Menjawab” dilansir ANTARA, Selasa, 25 Oktober.

Zulies menjelaskan Etilen Glikol (EG) dan Ditilen Glikol (DEG) merupakan suatu cairan bening, tak berwarna dan tak berbau yang biasa digunakan untuk industri mesin. Senyawa tersebut kerap digunakan sebagai zat antibeku untuk penggunaan pada radiator dan merupakan senyawa yang bersifat toksik atau beracun.

Penggunaan EG dan DEG dalam obat, lanjut dia, tidak dapat sepenuhnya dihindari karena EG dan DEG bisa menjadi salah satu bahan untuk membentuk bahan pelarut pada obat sirup. Ketentuan farmasi, penggunaan EG dan DEG pada pelarut hanya diperbolehkan dengan kadar di bawah 0,1 persen.

“Pelarut yang lazim dan diperbolehkan contohnya propylene glycol, glycerin, dan polyethylene glycol. Namun bahan tersebut tidak bisa pure 100 persen sehingga dalam pembuatan mengandung bahan cemaran dengan ambang batas yang diperbolehkan,” katanya.

Menurutnya, senyawa EG dan DEG tidak serta merta langsung menyerang ginjal manusia, namun proses metabolik yang mengubah EG dan DEG menjadi senyawa toksik asam oksalat yang berkontribusi pada penyakit gagal ginjal akut.

“Ketika dia (asam oksalat) berikatan dengan kalsium membentuk kalsium oksalat akan menyumbat dan merusak kerja ginjal,” ucapnya.

Kendati demikian, proses pembentukan asam oksalat berbeda-beda pada setiap manusia karena bergantung pada produksi enzim dalam tubuh dan tingkat metabolisme.

Ketika produksi enzim dan aktivitasnya banyak, maka akan mempermudah terbentuknya matabolit. Namun jika produksi enzim sedikit dan tingkat metabolisme rendah, maka metabolit EG dan DEG tidak terbentuk dan lebih aman dari potensi gagal ginjal akut.

Dia pun mengimbau masyarakat untuk tidak perlu panik dan senantiasa mengikuti informasi terbaru dari Kementerian Kesehatan dan Badan Pengawas Obat dan Makanan terkait perkembangan obat yang mengandung EG dan DEG di atas ambang batas.

“Untuk sementara kita ikut saja apa yang diinformasikan pemerintah apa saja yang boleh, kalau belum ya ditahan dulu karena banyak alternatif,” tutur dia.