Bagikan:

JAKARTA - Boris Johnson dan mantan menteri keuangan Rishi Sunak menjadi favorit untuk menjadi Pemimpin Partai Konservatif, sekaligus Perdana Menteri Inggris yang ditinggalkan oleh Liz Truss setelah mengundurkan diri Kamis kemarin.

Mereka yang ingin menggantikan Truss harus mengantongi 100 suara dari anggota parlemen Konservatif, untuk mencalonkan diri dalam persaingan menjadi penghuni Downing Street 10, kediaman resmi sekaligus kantor PM Inggris.

Pemenangnya bisa diumumkan Senin atau Jumat pekan depan. Ia yang terpilih akan menjadi perdana menteri kelima Inggris dalam enam tahun terakhir.

Sunak, mantan analis Goldman Sachs yang menjadi menteri keuangan tepat ketika pandemi COVID-19 tiba di Eropa, menjadi yang paling difavoritkan diikuti oleh Johnson. Di urutan ketiga adalah Penny Mordaunt, mantan menteri pertahanan yang populer di kalangan anggota Partai Konservatif.

Kendati demikian, belum ada yang menyatakan pencalonan diri mereka secara resmi untuk posisi perdana menteri.

Beberapa anggota parlemen Konservatif berharap persaingan untuk menggantikannya akan cepat dan sederhana, mendesak para calon untuk bersatu di sekitar satu kandidat guna mengurangi rasa sakit dari 'persaingan'.

Johnson yang sedang naik daun setelah digulingkan dari jabatannya tiga bulan lalu, akan melakukan comeback  yang sensasional jika mampu memenangkan kembali posisi perdana menteri.

"Saya pikir dia punya rekam jejak yang terbukti untuk membalikkan keadaan. Dia bisa membalikkannya lagi. Dan saya yakin rekan-rekan saya mendengar pesan itu dengan keras dan jelas," kata anggota parlemen Konservatif Paul Bristow tentang Johnson di radio LBC, melansir Reuters 21 Oktober.

"Boris Johnson adalah karakter yang ditakuti Partai Buruh, Boris Johnson bisa memenangkan pemilihan umum berikutnya," sambungnya.

Kendati demikian, Johnson diperkirakan menghadapi kesulitan dalam mencapai 100 suara, setelah masa jabatannya selama tiga tahun dirusak oleh skandal dan tuduhan pelanggaran.

Salah satu mantan penasihatnya, yang tidak lagi berbicara dengan Johnson dan meminta untuk tidak disebutkan namanya, mengatakan dia tidak mungkin mencapai target, karena telah mengasingkan lusinan Konservatif selama masa jabatannya yang dilanda skandal.

Sementara itu, kendati terbukti benar dalam peringatannya bahwa rencana fiskal Truss mengancam ekonomi, Sunak tetap sangat tidak populer kendati menjadi favorit, lantara itu ikuti 'memicu pemberontakan' musim panas melawan PM Johnson.

Sedangkan Mordaunt dipandang sebagai sepasang tangan baru, sebagian besar tidak ternoda oleh pemerintahan sebelumnya. Tapi, dia juga belum teruji dan, sejauh ini, dia tertinggal dari Sunak dan Johnson dalam mendapatkan pendukung.

Diketahui, siapa pun yang mengambil alih partai, mereka harus mendaki gunung untuk mencoba memulihkan atau memperbarui reputasi Partai Konservatif, yang memegang mayoritas besar di parlemen dan tidak perlu mengadakan pemilihan nasional selama dua tahun lagi.

"Apakah perubahan pemimpin akan cukup untuk membuat Konservatif benar-benar kredibel secara elektoral tentu sangat bisa diperdebatkan," sebut ilmuwan politik John Curtice kepada LBC.

"Masalah bagi Konservatif adalah, mereka sebagai partai yang dapat menjaga ekonomi. Sekarang telah sangat, sangat ternoda dan mungkin sangat sulit untuk pulih dalam waktu dua tahun," tandasnya.