Menteri Pertahanan Perintahkan Penyelidikan Laporan Adanya Mantan Pilot Australia Latih Militer China
Menteri Pertahanan Australia Richard Marles saat memberikan keterangan pers bersama Menteri Pertahanan AS dan Menteri Pertahanan Jepang. (Wikimedia Commons/U.S. Secretary of Defense)

Bagikan:

JAKARTA - Menteri Pertahanan Australia mengatakan militernya sedang menyelidiki laporan, mantan pilot negara itu menerima pekerjaan pelatihan di China, seiring dengan langkah Inggris untuk menghentikan perekrutan pilotnya terkait alasan keamanan nasional.

Pemerintah Inggris mengatakan pada Hari Selasa, pihaknya mengambil langkah untuk menghentikan mantan pilot militer Inggris yang melatih angkatan bersenjata China, dengan media Inggris melaporkan bahwa sekolah penerbangan Afrika Selatan bertindak sebagai perantara Tentara Pembebasan Rakyat China untuk merekrut pilot.

Menteri Pertahanan Australia Richard Marles mengatakan, dia telah meminta Departemen Pertahanan untuk menyelidiki klaim, mantan pilot militer Australia juga telah direkrut oleh sekolah penerbangan Afrika Selatan untuk bekerja di China.

"Saya akan sangat terkejut dan terganggu mendengar bahwa ada personel yang dibujuk oleh cek gaji dari negara asing, dibanding melayani negara mereka sendiri," kata Menteri Marles dalam sebuah pernyataan, melansir Reuters 19 Oktober.

"Saya telah meminta departemen untuk menyelidiki klaim ini dan kembali ke kantor saya dengan saran yang jelas tentang masalah ini," tandasnya.

Sementara itu, Perusahaan Afrika Selatan, Test Flying Academy of South Africa (TFASA), tidak menanggapi permintaan Reuters untuk mengomentari apakah mereka telah menyewa pilot dari Inggris, Australia dan Selandia Baru untuk bekerja di China.

ilustrasi jet tempur china
Ilustrasi jet tempur China. (Wikimedia Commons/mil.ru)

Dalam iklan tak bertanggal dengan Society of Experimental Test Pilots (SETP) yang tersedia online, TFASA mengatakan sedang mencari sejumlah instruktur pilot uji sayap tetap dan helikopter untuk bekerja di lokasi yang dirahasiakan di "Asia Timur Jauh" dengan komitmen kontrak awal sebesar empat tahun.

Persyaratannya termasuk lulus dari sekolah penerbangan uji militer di Amerika Serikat atau Inggris.

"Saya tidak tahu siapa saja yang telah pergi, tetapi mereka jelas menargetkan pilot uji Western/Five Eyes," kata seorang anggota SETP yang berbasis di Australia kepada Reuters tanpa menyebut nama, merujuk pada kelompok intelijen Inggris, Australia, Kanada, Selandia Baru dan Amerika Serikat.

"Kita semua pergi ke sekolah yang mereka daftarkan," tandasnya.

TFASA juga menjalankan sekolah penerbangan untuk pilot maskapai penerbangan China di Afrika Selatan sebagai perusahaan patungan dengan salah satu perusahaan penerbangan milik negara terbesar di China, AVIC, menurut situs webnya.

Diberitakan sebelumnya, Pemerintah Inggris mengeluarkan peringatan terkait upaya China untuk membujuk pilot militer aktif maupun purna tugas, untuk melatih angkatan bersenjatanya dengan iming-iming paket kompensasi besar.

Langkah tegas akan diambil pemerintah untuk menghentikan skema perekrutan tersebut, di tengah masalah keamanan nasional.

Kementerian Pertahanan Inggris (MoD) meyakini, saat ini terdapat hingga 30 mantan pilot militer negara itu memberikan pelatihan di China, mengatakan banyak yang lainnya tengah didekati, termasuk personel yang masih aktif, seperti melansir CNN.

Sementara mengutip Sputnik News, gaji yang ditawarkan untuk para pilot ini oleh China disebutkan mencapai 240.000 poundsterling (Rp4.187.064.043) per tahun.

Terpisah, juru bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin mengatakan dalam briefing harian, bahwa pihak kementerian tidak mengetahui skema perekrutan semacam itu.