6 Korban yang Hanyut di 3 Lokasi Berbeda Berhasil Ditemukan BPBD Bogor dalam Kondisi Meninggal Dunia
Kepala Seksi Kedaruratan BPBD Kabupaten Bogor Adam Hamdani di Bogor, Jawa Barat. (ANTARA/M Fikri Setiawan)

Bagikan:

BOGOR - Badan Penanggulangan Bencana (BPBD) Kabupaten Bogor, Jawa Barat, menyatakan, enam korban hanyut di tiga lokasi bencana sudah berhasil ditemukan dalam kondisi meninggal dunia.

"Untuk korban yang hilang terseret air ditemukan secara bertahap di berbagai tempat, ada yang di Puncak, Jakarta dan lainnya," ungkap Kepala Seksi Kedaruratan pada BPBD Kabupaten Bogor, Adam Hamdani di Cibinong Bogor, Antara, Selasa, 18 Oktober.

Lokasi peristiwa hanyut pertama yaitu di Curug Kembar, Kawasan Puncak, Kabupaten Bogor, pada Rabu, 12 Oktober lalu dengan empat korban bernama Tara Taskin (13), Amira Hana (14), Raka Alfa (13) dan Andini (15).

Keempat korban yang merupakan pelajar SMP Al Hikmah Kota Depok itu berhasil ditemukan secara bertahap. Tara Taskin (13), Amira Hana (14), dan Raka Alfa (13) berhasil ditemukan di hari yang sama tak jauh dari lokasi hanyut.

Sedangkan jasad Andini ditemukan lima hari kemudian pada Senin, 17 Oktober berjarak sekitar 2 kilometer dari lokasi awal hanyut.

Lokasi kedua yaitu di Sungai Cileungsi, Kabupaten Bogor pada Jumat, 14 Oktober dengan korban bernama Naufal Juli Saputra (15). Saat itu, Naufal hanyut setelah setelah berhasil menyelamatkan temannya berinisial R yang tenggelam di Sungai Cileungsi.

Jasad Naufal berhasil ditemukan empat hari kemudian, pada Minggu malam dalam kondisi meninggal dunia di Kalibaru, Kelurahan Marunda, Jakarta Utara.

Lokasi ketiga yaitu, di aliran Sungai Ciliwung, Bojonggede pada Sabtu, 15 Oktober dengan korban bernama Shigeo Dhaffa Maulana (8). Dhaffa hanyut saat mencari kepiting bersama dua orang temannya.

Jasad Dhaffa ditemukan dalam kondisi meninggal dunia sehari kemudian, pada Minggu, 16 Oktober di aliran Sungai Ciliwung, Kampung Pulo, Jakarta.

Adam menyebutkan bahwa dengan rentetan peristiwa hanyut itu perlu ada upaya antisipasi bersama antara pemerintah dan masyarakat. Menurutnya, perlu sosialisasi lebih masif mengenai pengawasan anak-anak, terutama saat cuaca ekstrem.

“Harus ada perhatian dan pengawasan dari semua pihak. Kan kalau anak kecil itu ketika hujan pasti ada daya tarik tersendiri untuk berenang,” kata Adam.

Ia juga mengimbau kepada semua pihak agar saling mengingatkan soal potensi bencana di tengah cuaca ekstrem saat ini. Terlebih, cuaca ekstrem masih berpotensi terjadi hingga beberapa waktu kemudian.

“Cuaca ekstrem lumayan panjang. Menurut BMKG, puncaknya dari bulan November sampai Januari, jadi di antara bulan itu kurangi kegiatan outdoor,” ujarnya.