JAKARTA - DVR CCTV yang sebelumnya dipegang Polres Jaksel, akhirnya berhasil dikuasai kembali 'geng' Ferdy Sambo. Ketika empat polisi sempat menonton CCTV, mereka kaget karena cerita pelecehan seksual Ferdy Sambo mulai terlihat cuma rekayasa.
Semua hal ini terangkum dalam dakwaan Ferdy Sambo yang dibacakan secara bergantian oleh jaksa di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Senin 17 Oktober. Peristiwa pembunuhan Brigadir J terjadi di rumah dinas Ferdy Sambo, Jalan Duren Tiga, No 46.
Setelah dikuasai, anak buah Ferdy Sambo lalu memindahkan data CCTV ke dalam flashdisk. Lalu ada empat personel polisi, di rumah eks Kasat Reskrim Polres Jaksel AKBP Ridwan Rhekynellson yang menonton data CCTV itu.
Mereka yang menonton adalah Kompol Baiquni Wibowo, Kompol Chuck Putranto, AKBP Ridwan Rhekynellson dan AKBP Arif Rachman Arifin. Di sinilah mereka sudah mencium ada yang tak beres.
"Bang, ini Joshua masih hidup," kata Kompol Chuck Putranto.
Bahkan, kata Jaksa, AKBP Arif Rachman Arifin mengaku kaget karena berarti seluruh penjelasan yang disampaikan Kapolres Jaksel Kombes Budhi Herdi dan Karopenmas Mabes Polri, Brigjen Ramdhan malah bertolak belakang dengan data rekaman CCTV.
Wakaden B Ropaminal Divpropam Polri ini spontan menghubungi Brigjen Hendra Kurniawan dan menceritakan kondisi nyata dari rekaman CCTV. AKBP Arif Rachman --kata jaksa-- bahkan menelpon dengan suara gemetar dan takut. Brigjen Hendra menyarankan AKBP Arif menemui Ferdy Sambo.
BACA JUGA:
13 Juli 2022, Hendra dan Arif akhirnya menemui Ferdy Sambo di Mabes Polri. Hendra menjelaskan kalau Arif menemui ada perbedaan keterangan Ferdy Sambo dengan rekaman CCTV.
"Masa sih?" dijawab Ferdy Sambo.
Arif dengan gamblang kemudian bercerita apa saja yang dia lihat.
"Masa kamu tidak percaya sama saya," ucap Sambo ke Hendra dan Arif. Tapi ada nada penekanan dan mulai emosi.
"Berarti kalau ada bocor, dari kalian berempat," ucap Sambo lagi merujuk kepada empat polisi yang menonton.
Sambo kemudian meminta Arif memusnahkan semua file. Dia juga meminta Hendra supaya memastikan 'kondisi beres', terutama kepada empat orang yang menonton itu.
Ketika percakapan ini, Arif terus menunduk tidak berani menatap Sambo.
"Kenapa kamu tidak berani natap mata saya? Kamu kan sudah tahu apa yang terjadi dengan mbakmu (Putri)," kata Sambo kepada Arif sambil mengeluarkan air mata.
Selesai pertemuan ini, Arif langsung bertemu dengan Chuck dan Baiquni. Meneruskan permintaan Ferdy Sambo, Arif meminta supaya semua file yang ada di laptop dan flashdisk supaya dimusnahkan.
"Perintah Kadiv, saksinya Karo Paminal," kata Arif.
"Bang, minta waktu untuk backup file pribadi di laptop saya sebelum diformat," ucap Baiquni.
Keesokan harinya, laptop tempat disimpannya file tersebut dipatahkan Arif.