JAKARTA - Presiden Ebrahim Raisi menyalahkan Presiden Amerika Serikat Joe Biden, lantaran menghasut kekacauan, teror dan kehancuran di Iran menurut kantor berita resmi IRNA, saat protes di negara itu memasuki pekan keempat.
"Presiden Amerika, yang membiarkan dirinya melalui komentarnya untuk menghasut kekacauan, teror, dan kehancuran di negara lain, harus diingatkan akan kata-kata abadi pendiri Republik Islam, yang menyebut Amerika sebagai setan besar," ujar Presiden Raisi, dilansir dari Reuters 17 Oktober.
Sebelumnya, Presiden Biden pada akhir pekan lalu meminta para pemimpin di Iran untuk mengakhiri kekerasan terhadap warganya sendiri.
"Iran harus mengakhiri kekerasan terhadap warganya sendiri hanya dengan menjalankan hak-hak dasar mereka," kritik Presiden Biden pada hari Sabtu.
Protes yang dipicu oleh kematian Mahsa Amini (22) pada 16 September, telah berubah menjadi salah satu tantangan paling berani bagi penguasa ulama Iran sejak revolusi 1979, dengan pengunjuk rasa menyerukan kejatuhan Republik Islam.
Demonstrasi berlanjut di beberapa universitas pada Hari Minggu, termasuk di Kota Tabriz dan Rasht, hingga pengerahan besar-besaran polisi anti huru hara. Video yang diunggah di media sosial menunjukkan mahasiswa di universitas Teheran meneriakkan: "Iran telah berubah menjadi penjara besar. Penjara Evin telah menjadi rumah jagal."
Video lain menunjukkan api menyala di persimpangan jalan di beberapa kota, termasuk ibu kota dan Piranshahr di barat negara itu, di mana pengemudi mobil membunyikan klakson dan slogan anti-pemerintah terdengar.
Puluhan pengunjuk rasa juga terlihat di lingkungan miskin Teheran, sebelum dibubarkan oleh pasukan keamanan yang mengendarai sepeda motor dan menembakkan tabung gas air mata ke udara.
Protes yang dihadapi dengan aksi represif aparat, hingga saat ini menyebabkan sedikitnya 240 pengunjuk rasa telah tewas, termasuk 32 anak di bawah umur, menurut kelompok hak asasi.
BACA JUGA:
Sementara itu, lebih dari 8.000 orang telah ditangkap di 111 kota besar dan kecil, kantor berita aktivis Iran HRANA mengatakan pada hari Sabtu. Pihak berwenang belum mempublikasikan jumlah korban tewas.
Otoritas Iran sendiri menyangkal pasukan keamanan telah membunuh pengunjuk rasa. Media pemerintah mengatakan pada Hari Sabtu, setidaknya 26 anggota pasukan keamanan telah dibunuh oleh 'perusuh'.