Bagikan:

JAKARTA - Sebelum ditembak Bharada E, Brigadir J dicekik terlebih dahulu oleh Ferdy Sambo. Bahkan ajudannya itu tidak dikasih kesempatan untuk mendapat informasi apa yang sebenarnya terjadi.

Hal ini terangkum dalam dakwaan Ferdy Sambo yang dibacakan secara bergantian oleh jaksa di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Senin 17 Oktober. Peristiwa pembunuhan Brigadir J terjadi di rumah dinas Ferdy Sambo, Jalan Duren Tiga, No 46.

Ferdy Sambo adalah rombongan terakhir yang tiba di Duren Tiga. Sebelumnya, rombongan termasuk Putri Candrawathi dan Kuat Ma'ruf yang lebih dulu datang. Saat itu, Kuat melihat Ferdy Sambo sudah emosi.

"Wati, mana Ricky dan Yosua... panggil," kata Ferdy Sambo dengan suara meninggi.

Bharada E yang mendengat teriakan bos-nya itu langsung datang. Ferdy kemudian memberi perintah supaya Bharada E mengokang senjatanya.

Di satu sisi, Brigadir J dipanggil Kuat Ma'ruf supaya masuk ke rumah. Tanpa curiga sedikit pun, Brigadir J mengikuti perintah itu. Masuk melewati garasi dan pintu dapur menuju ruang tengah dekat meja makan.

Selama perjalanan 'terakhir' itu, Brigadir J terus diawasi Kuat dan Bharada Ricky.

"Kuat Ma'ruf membawa pisau di dalam tas selempangnya berjaga-jaga terjadi perlawanan dari Birgadir J," kata Jaksa.

Di sinilah segala kegentingan terjadi. Ferdy Sambo yang berdiri berhadapan, langsung memegang leher Brigadir J. Dia bahkan mendorong Brigadir J hingga tepat berada di depan tangga.

Sementara itu, Kuat Ma'ruf dan Bharada Ricky dalam posisi siaga. Mereka jaga-jaga kalau Brigadir J melakukan perlawanan.

Padahal pada saat itu, Brigadir J tidak memegang senjata. Beda dengan mereka yang memegang pistol hingga pisau.

Begitu tiba di ruang makan, leher bagian belakang Brigadir J dipegang dengan keras oleh Ferdy Sambo.

"Jongkok kamu!!!" bentak Ferdy Sambo.

Lalu Brigadir J mengangkat kedua tanganya sebagai tanda menyerah. Namun dia sempat bertanya kepada Ferdy Sambo, "ada apa ini?".

Di sinilah perintah menembak itu keluar dari Ferdy Sambo kepada Bharada E.

"Woy..! kau tembak...! kau tembak cepaaat!! Cepat woy kau tembak!!!" kata Ferdy Sambo memberi perintah.

Jaksa mempertanyakan Ferdy Sambo yang tak memberi kesempatan kepada Brigadir J melakukan pembelaan diri. Jangankan pembelaan, Brigadir J --hingga tewas-- tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi.

Glock-17 yang dipegang Bharada E langsung menyalak 3-4 kali. Brigadir J tanpa ampun langsung terjatuh, terkapar bersimbah darah.