Bagikan:

KEPRI - Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) mewanti-wanti nelayan tidak nekat menerjang peringatan gelombang laut tinggi dan arus bawah laut kuat demi bisa mencari ikan hingga perbatasan Malaysia.

Kepala DKP Kepri Tengku Said Arif Fadilla mengatakan kondisi cuaca saat ini di perbatasan antara Perairan Kepri dengan Malaysia sedang ekstrem atau tidak baik untuk menangkap ikan.

"Selain membahayakan keselamatan, juga dapat menimbulkan permasalahan hukum karena dianggap masuk secara ilegal ke Malaysia," katanya di Tanjungpinang, Kepri, Jumat 7 Oktober.

Arif menjelaskan, saat ini di perairan yang dimaksudnya sedang terjadi musim angin utara. Umumnya di musim itu tinggi gelombang laut mencapai 3-6 meter, terutama di Perairan Natuna dan Kepulauan Anambas yang berbatasan dengan Malaysia.

Dia menambahkan, gelombang laut di Perairan Bintan dan Perairan Karimun --yang berbatasan dengan Malaysia-- mencapai 3,5 meter. Kondisi itu membahayakan keselamatan nelayan tradisional yang kebanyakan menggunakan perahu dengan kapasitas 3 GT.

"Nelayan kita sudah memahami kondisi cuaca melalui pengalamannya secara alami. Namun, terkadang suka memaksakan diri karena tuntutan perekonomian keluarga. Ini yang terkadang menimbulkan permasalahan," tuturnya.

Berdasarkan laporan Antara, eks Sekretaris Daerah Kepri itu menuturkan nelayan tradisional harus belajar dari pengalaman nelayan lainnya yang hanyut dibawa arus dan dihantam gelombang. Beberapa nelayan tidak berhasil menyelamatkan diri.

Selain itu, nelayan tradisional juga harus belajar dari peristiwa yang dialami dua nelayan asal Natuna dan satu orang nelayan asal Karimun yang ditangkap petugas Patroli Perikanan Malaysia. Satu dari dua nelayan asal Natuna masih mengikuti proses peradilan di Malaysia.

"Satu nelayan asal Karimun beruntung karena segera diselamatkan KJRI sehingga tidak diproses secara hukum," ucapnya.

Arif mengatakan pihaknya sudah menggalakkan program budidaya ikan dan rumput laut di sejumlah lokasi di Kepri. Program tersebut salah satunya bertujuan agar nelayan tetap memperoleh pendapatan meski tidak melaut.

"Di bibir pantai, kelompok nelayan dapat bekerja. Kami ingin mereka mendapatkan porsi yang layak ketika ada investor yang ingin berinvestasi budidaya rumput laut," tandasnya.