Bagikan:

JAKARTA - Wakil Direktur Departemen Nonproliferasi dan Kontrol Senjata Kementerian Luar Negeri Rusia Konstantin Vorontsov mengatakan dalam pertemuan PBB Hari Selasa, pasokan senjata Amerika Serikat ke Ukraina mendorong situasi lebih dekat ke titik konfrontasi militer langsung antara Rusia dengan NATO (Pakta Pertahanan Atlantik Utara).

"AS meningkatkan upaya untuk menyalurkan senjata ke Ukraina, memberikan data intelijen kepada militernya, melibatkan militan dan penasihat mereka dalam konflik, yang tidak hanya memperluas permusuhan dan menyebabkan korban baru, tetapi juga mendorong situasi lebih dekat ke titik berbahaya dari konfrontasi militer langsung antara Rusia dan NATO," kata diplomat itu pada pertemuan Komite Pertama Majelis Umum PBB, melansir TASS 5 Oktober.

"Washington mengalokasikan sejumlah besar bantuan ke Kyiv untuk kebutuhan militer saja. AS dan sekutu NATO-nya sangat mendorong aspirasi militeristik dan sentimen pembangkangan rezim Kyiv, yang tidak lagi menyembunyikan rencana untuk merebut kembali wilayah yang hilang akibat kehancurannya. kebijakan, serta menggunakan rudal jarak jauh yang diminta dari AS untuk menyerang jauh di dalam Rusia," papar Vorontsov.

"Atas dorongan Washington, kepemimpinan militer-politik Ukraina mulai berbicara tidak hanya tentang perlunya menimbulkan kekalahan di medan perang di negara kita, tetapi juga untuk mencapai, dengan bantuan Barat, perpecahan berikutnya dan penghancuran," tandasnya.

Menurut diplomat itu, politisi Barat melarang Kyiv untuk melanjutkan pembicaraan damai, membuat mereka berpegang pada gagasan kemenangan yang akan segera terjadi.

Diberitakan sebelumnya, Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengatakan kepada Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky pada Hari Selasa, Washington akan memberi Kyiv bantuan keamanan baru senilai 625 juta dolar AS, termasuk peluncur Sistem Roket Artileri Mobilitas Tinggi (HIMARS), kata Gedung Putih.

Presiden Biden "berjanji untuk terus mendukung Ukraina mempertahankan diri dari agresi Rusia selama yang diperlukan," kata pernyataan itu, melansir Reuters.

Sementara, Departemen Luar Negeri mengatakan dalam rilisnya, paket itu mencakup empat peluncur HIMARS dan roket terkait, 32 Howitzer dengan 75.000 butir amunisi, 200 kendaraan antiranjau atau Mine-Resistant Ambush Protected (MRAP) dan ranjau anti-personil Claymore.