Bagikan:

JAKARTA - Menteri Pertahanan Amerika Serikat Lloyd Austin dirinya tidak kemungkinan China akan menginvasi Taiwan dalam waktu dekat, menyebut aktivitas Beijing sebagai normal baru dan berharap kerja sama.

"Saya tidak melihat invasi yang akan segera terjadi," kata Austin dalam sebuah wawancara yang disiarkan di CNN Hari Minggu, melansir Reuters 3 Oktober.

"Apa yang kami lihat adalah China bergerak untuk menetapkan apa yang kami sebut normal baru. Kami melihat sejumlah penyeberangan garis tengah Selat Taiwan dengan pesawat mereka. Jumlah itu meningkat dari waktu ke waktu. Kami telah melihat lebih banyak aktivitas dengan kapal permukaan dan perairan mereka di dalam dan sekitar Taiwan," papar Menteri Austin.

Kunjungan Ketua DPR AS Nancy Pelosi ke Taiwan awal Agustus lalu membuat marah China, yang kemudian meluncurkan latihan militer di dekat pulau itu. Itu terus berlanjut, meskipun dalam skala yang jauh berkurang.

Amerika Serikat dan sekutunya telah menanggapi latihan dengan terus berlayar melalui wilayah tersebut. Sebuah kapal perang Angkatan Laut AS dan fregat Kanada melakukan transit rutin melalui Selat Taiwan pada 20 September.

Menteri Austin mengatakan, Amerika Serikat akan terus bekerja dengan sekutu dan mitranya "untuk memastikan bahwa kami mempertahankan Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka.

Dikatakan Austin, Amerika Serikat sedang bekerja untuk membuka kembali saluran komunikasi militer dengan China, sesuatu yang sangat penting bagi kedua negara.

China pada Agustus menghentikan kerja sama dengan Amerika Serikat di sejumlah bidang, termasuk dialog antara komandan militer tingkat senior, sebagai pembalasan atas kunjungan Pelosi ke Taiwan.

Menteri Austin mengatakan, dia telah berkomunikasi melalui telepon dan secara langsung dengan rekannya dari China, Menteri Pertahanan Wei Fenghe, yang setuju bahwa komunikasi terbuka itu penting.

"Kami akan melakukan segala yang kami bisa untuk terus memberi sinyal bahwa kami ingin saluran-saluran itu terbuka dan saya berharap China akan mulai lebih condong ke depan dan bekerja sama dengan kami," tandasnya.

Diketahui, Selat Taiwan yang sempit sering menjadi sumber ketegangan militer, sejak pemerintah Republik China yang kalah melarikan diri ke Taiwan pada tahun 1949 setelah kalah perang saudara dengan komunis, yang mendirikan Republik Rakyat China.