Ekonom INDEF: Mau Pangan Berdaulat? Kementan Harus Berinovasi dalam Hal Teknologi!
Ilustrasi. (Foto: Eduardo Prim/Unsplash)

Bagikan:

JAKARTA - Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bustanul Arifin meminta pertanian Indonesia segera berbenah untuk dapat mengoptimalisasi produktivitas yang mengalami degradasi pertumbuhan. Total Faktor Produksi atau TFP pertanian mengalami kecenderungan pertumbuhan negatif dalam kurun waktu 2011 hingga 2017.

Permintaan tersebut bukan tanpa alasan. Bustanul Arifin mengatakan, saat ini pertumbuhan TFP pertanian masih berada di zona negatif sejak 2011 yaitu di kisaran minus 0,36 persen sampai minus 0,05 persen.

Lebih lanjut, Bustanul berujar pertumbuhan tersebut, jelas lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan TFP sepanjang 2001 hingga 2010. Di mana, pada saat itu berada di zona positif yakni 0,08 persen sampai 1,71 persen.

Bustanul mengatakan, TFP pertanian di dalam negeri dalam kurun waktu dari 1996 hingga 2017 memang masih mengalami pertumbuhan yang negatif di kisaran minus 0,65 persen. Hal tersebut terjadi lantaran penetrasi teknologi yang minim di sektor pertanian di dalam negeri.

"Ada problem untuk mendorong produktivitas pertanian karena teknologi kita lambat, jika pun ada belum banyak dan teraktualisasi dalam pertumbuhan ekonomi," katanya, dalam diskusi virtual, Senin, 30 November

Lebih lanjut, Bustanul mengharapkan agar Kementerian Pertanian melalui Badan Litbang Pertanian dapat melakukan terobosan untuk perkembangan teknologi, guna mewujudkan kedaulatan pangan.

"TFP pertanian kita yang negatif dalam masalah, kalau tidak ada perbaikan bisa jadi progres kedaulatan pangan kita bisa terganggu," ujarnya.

Ke depan, ia meminta, pemerintah melakukan penyesuaian di sisi teknologi untuk mendukung pertanian. Mulai dari climate-smart, bioteknologi modern, pertanian presisi, integrasi rantai nilai di hulu-hilir, serta marketplace untuk akses dan stabilisasi harga.

"Antisipasi perubahan perilaku konsumen perlu terus dilakukan, direct delivery lebih disukai," ucapnya.

Tak hanya itu, Bustanul juga mengatakan, pemerintah perlu melaksanakan perlindungan kepada petani secara memadai selama masa COVID-19 dengan kebijakan yang efektif. Sehingga misi kedaulatan pangan bisa tercapai.

"Lalu dukungan peningkatan produksi, produktivitas, dan efisiensi wajib diteruskan, stabilisasi harga untuk menjaga daya beli dan elemen penting akses pangan," ujarnya.

Menurut dia, dalam jangka panjang, investasi modal manusia di sisi pertanian dan pedesaan juga perlu ditempuh. Sehingga bisa menggapai perubahan teknologi yang berubah sangat pesat, sekaligus untuk menghindari jebakan kelas menengah.

Dalam kesempatan yang sama, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menilai perlunya pengembangan pertanian modern, seperti smart farming. Juga pemanfaatan green house untuk meningkatkan produksi komoditas hortikultura di luar musim tanam.

Selain itu, Mentan berencana mendirikan sekolah pertanian berbasis pendekatan riset dan teknologi (ristek) pada tahun depan.

"Saya akan terapkan itu tahun depan, saya coba intervensi dengan kerja sama perguruan tinggi," kata Syahrul.