Tim Medis Lukas Enembe Disebut Tak Bisa Jawab Pertanyaan Teknis dari Dokter KPK
Kepala Bagian Pemberitaan KPK Ali Fikri/FOTO: Wardhany Tsa Tsia-VOI

Bagikan:

JAKARTA - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mengungkap tim medis Gubernur Papua Lukas Enembe ternyata tak bisa menjawab pertanyaan dari dokter yang telah disediakan. Hal ini membuat klaim kondisi kesehatan Lukas diragukan.

"Kami juga punya tim medis dan ketika bertanya pada tim medis yang bersangkutan (Lukas, red) ternyata juga bisa tidak bisa menjawab apa yang dibutuhkan," kata Kepala Bidang Pemberitaan Ali Fikri kepada wartawan di gedung Merah Putih KPK, Kuningan Persada, Jakarta Selatan, Senin, 26 September.

Ali mengatakan saat tim dokter menanyakan tentang hal teknis, dokter Lukas Enembe yang hadir ke Gedung Merah Putih KPK pada Jumat, 23 September kemarin tidak bisa menjelaskan.

"Ini yang kami kemudian menyayangkan sikap-sikap semacam ini," tegasnya.

KPK memastikan pihaknya akan terus menjunjung tinggi hak tersangka. Tapi, mereka harus secara jujur mengakui kondisinya dan kooperatif.

"KPK akan memberikan kesempatan yang sama kepada tersangka kalau benar-benar sakit tidak bisa dilakukan pemeriksaan. Tapi, dengan jujur (kondisi tersangka, red) benar-benar bisa dibuktikan," ujarnya.

Diberitakan sebelumnya, Lukas Enembe kembali tidak hadir pada pemanggilan keduanya pada hari ini, Senin, 26 September. Kuasa hukumnya, Stefanur Roy Rening menyebut kliennya itu sedang sakit.

"Syarat orang memberi keterangan itu harus sehat. Kalau sakit gimana mau kasih keterangan," kata Kuasa Hukum Lukas Enembe, Stefanus Roy Rening kepada wartawan di Jakarta, Senin, 26 September.

Sementara itu, juru bicara Lukas Enembe, M. Rifai Danus mengatakan Gubernur Papua tersebut sudah dioperasi sebanyak tiga kali selama setahun terakhir. Berbagai operasi yang dilakukannya, termasuk operasi jantung, pankreas, dan mata.

"Dalam perjalanan ini kan sakit kemudian sembuh sakit sembuh, setahun terakhir setelah beliau melakukan operasi, tiga operasi besar," ujar Rifai.

Adapun operasi tersebut dilakukan di Singapura sejak 2021. Klaim Rifai, hanya dokter di Negeri Singa itu yang bisa menangani Lukas.

"Jadi, istilahnya charge-nya di sana. Jadi sakit ini kemudian charge di sana, kembali lagi aktif, jadi perjalanan beliau untuk apa namanya, berobat sudah terjadwalkan," tutur Rifai.