Cegah Konflik, Wakil Ketua MPR Minta Polisi Gerak Cepat Usut Teror oleh Kelompok MIT di Sigi
Ilustrasi (Pixabay)

Bagikan:

JAKARTA - Wakil Ketua MPR RI Ahmad Basarah meminta polisi bergerak cepat mengusut pembantaian satu keluarga serta pembakaran sejumlah rumah warga dan satu tempat ibadah warga Nasrani di Sigi, Sulawesi Tengah yang dilakukan oleh kelompok teroris Mujahid Indonesia Timur (MIT).

Hal ini perlu dilakukan agar masyarakat menjadi tenang dan tidak berlarut, sebab teror ini dikhawatirkan dapat memicu terjadi konflik terkait suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA).

"Jika benar peristiwa ini dilakukan oleh teroris, ini akan menjadi bukti bahwa ancaman ekstrimisme yang bermuara pada ajaran agama memang nyata dan masih ada. Karena itu, aparat keamanan harus mengusut tuntas kasus ini sampai ke akar-akarnya sehingga akan terungkap dalang beserta motif pelakunya," kata Basarah yang dikutip dari keterangan tertulisnya kepada wartawan, Minggu, 29 November.

Dia sepakat dengan pernyataan Persekutuan Gereja-gereja Indonesia (PGI) yang menginginkan aparat penegak hukum dapat menuntaskan kasus ini secara cepat dan tansparan untuk membebaskan masyarakat dari tindak kekerasan apapun.

"Semua pernyataan duka dan imbauan agar pihak keamanan Indonesia menyelesaikan kasus ini secara cepat dan transparan telah saya dengar dan dengan ini saya mengimbau pemerintah menjadikan kasus ini sebagai prioritas penanganan," tegasnya.

Lebih lanjut, Basarah mengutuk keras aksi teror tersebut dan menganggapnya sebagai tindakan yang bertentangan dengan Pancasila dan tidak sesuai dengan ajaran agama.

"Pembunuhan yang menewaskan empat orang ini sama sekali tidak sesuai dengan ajaran agama apapun dan sangat bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila," tegasnya.

Dia menilai, tindakan kekerasan dalam bentuk apapun tidak dibenarkan terjadi di Tanah Air. Apalagi, Indonesia menganut ideologi Pancasila. Basarah juga mengatakan, segala persoalan yang terjadi harusnya diselesaikan dengan cara musyawarah karena kekerasan tidak akan menyelesaikan masalah.

"Di negara Pancasila, segala persoalan mestinya diselesaikan dengan musyawarah untuk mencapai kata mufakat sesuai dengan hukum dan aturan perundangan yang berlaku bukan dengan cara kekerasan. Kekerasan tidak akan menyelesaikan masalah tapi justru menimbulkan masalah baru," ungkapnya.

Sebelumnya, pembunuhan terhadap sebuah keluarga di Pegunungan Kebun, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah oleh Kelompok MIT telah terjadi. Menurut keterangan saksi bernama Ulin, pembunuhan terjadi pada Jumat, 27 November, sekitar pukul 09.00 WITA. Kemudian, laporan ini sampai ke pihak kepolisian pada pukul 13.00 WITA.

Ada empat orang yang meninggal dunia akibat pembunuhan ini. Keempat korban adalah Yasa, Pinu, Naka, dan Pedi. Keempat orang ini adalah keluarga Ulin yang menjadi saksi pelaporan.

Laporan yang didapat, kelompok MTI mendatangi rumah Ulin di Pegunungan Kebun sekitar pukul 09.00 WITA. Mereka menyandera keluarga Ulin yang berhasil kabur. Yasa, Ayah Ulin dan Pinu, suami Ulin tewas. Sementara, kematian Naka dan Pedi belum diketahui sebabnya. 

Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karopenmas) Divisi Humas Polri Brigjen Awi Setiyono menyebut bahwa kelompok teroris Mujahid Indonesia Timur (MIT) tidak hanya melakukan pembunuhan, namun juga melakukan pembakaran.

Kata dia, Jumat, 27 November, Polsek Palolo, Sigi, Sulawesi Tengah mendatangi tempat kejadian perkara setelah mendapat laporan ada pembantaian satu keluarga. 

"Sesampainya di TKP pada Jumat, 27 November sekitar pukul 13.00 WIB, anggota Polsek Palolo menemukan 4 Mayat dan 7 rumah warga dalam kondisi terbakar," kata Awi.

Terkait hal ini, Majelis Pekerja Harian Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) mengutuk pembantaian satu keluarga serta pembakaran sejumlah rumah warga dan satu tempat ibadah warga Nasrani di Sigi, Sulawesi Tengah yang dilakukan oleh kelompok teroris MIT.

"Kejadian ini mempertontonkan perilaku barbar dan biadab yang harus dikecam oleh semua orang beradab," kata Humas PGI Philip Situmorang dalam keterangannya, Sabtu, 28 November.

Pada peristiwa ini, PGI mendesak pemerintah dan aparat keamanan untuk mengusut tuntas kasus ini segara mungkin. PGI juga meminta pemerintah menangkap dan menindak tegas para pelaku pembantaian.

"Selain itu, perlu dikordinasikan tindakan cepat untuk memulihkan trauma keluarga korban dan masyarakat sekitar, serta memberikan jaminan keamanan dan ketentraman bagi masyarakat agar tidak ada lagi ancaman teror," tegasnya.